ISTILAH "3M" kini begitu populer. Sebelumnya kita juga mengenal istilah "3M" untuk menekan penyebaran penyakit demam berdarah dengue sering disingkat (DBD).
3M berarti Menguras ( kamar mandi), Menutup ( tandon /bak air) dan Mengubur ( kaleng, botol bekas) agar tidak menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti, si penyebar virus dengue. Istilah ini banyak diucapkan, ketika banyak warga terjangkit DBD, biasanya pada pergantian musim.
Kini istilah "3M" hampir setiap saat mencuat, tetapi tidak tak ada hubungannya dengan penyakit demam berdarah. 3M yaitu singkatan dari Memakai masker, Menjaga jarak aman 1- 2 meter dan Mencuci tangan sesering mungkin. Ini bentuk protokol kesehatan untuk melawan Covid -19 yang sekarang lagi marak.
Istilah 3M yang pertama dan kedua beda makna, tetapi punya tujuan yang sama sebagai tips mencegah penyebaran penyakit yang mematikan. Protokol 3M dalam artian menguras, menutup dan mengubur dinilai ampuh melawan penyakit DBD. Sementara 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) sebagai cara ampuh pula melawan virus Corona. Ini dari sisi masyarakat, apa yang harus dilalukukan.
Sementara dari pemerintah berupaya mengendalikan malalui kebijakan 3T yaitu Testing (pemeriksaan), Tracing (pelacakan), dan Treatment (pengobatan). Kita tahu 3T telah dilakukan secara masif oleh pemerintah, baik di pusat maupun daerah.
Hasilnya telah dapat kita saksikan bersama. Berkurangnya angka korban meninggal dunia, meningkatnya angka penyembuhan, sebagai indikator adanya upaya pencegahan.
Meski 3T masif dilakukan, tidak lantas pasien positif terhenti sama sekali. Tingkat keberhasilam pencegahan akan lebih dipengaruhi dari perilaku masyarakatkan itu sendiri dalam kehidupan sehari - hari. Bicara pencegahan berarti mengendalikan pergerakan manusia sebagai pengantar dan penerima virus.
Ingat! Virus Corona tidak berjalan sendiri mencari mangsa, tetapi karena adanya pergerakan manusia. Acuannya jelas standar protokol kesehatan, yakni 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun). Kalau "3T" dilakukan secara masif dan tepat sasaran, ditambah (+) "3M" yang diterapkan secara baik dan benar, kita meyakini hasilnya (=) akan terbebas dari pandemi.
Masalahnya menerapkan 3M tak semudah membalik telapak tangan. Perlu proses penyadaran, perlu ada "3M" lagi. M yang pertama, memiliki kesadaran bahwa dalam dirinya terbuka peluang tertular virus, sekecil apa pun peluang itu. Yang berarti terdapat potensi menularkan kepada orang lain. M kedua, memiliki kepedulian sosial untuk bersama - sama mencegah penyebaran Covid -19. M ketiga, membuang ego bahwa mencegah virus adalah soal dirinya, bukan orang lain. (jkl)