BAGI bikers, siapa tak kenal dengan Royal Enfield? Merek motor asal Inggris ini dikenal sebagai salah satu armada perang British Forces Motorcycle. Kehadiran membantu tentara Inggris dalam Perang Dunia I dan II. Melihat nilai historisnya, Royal Enfield yang berusia lebih dari 100 tahun sangat kental dengan sejarah perang.
Pertama kali diproduksi pada 1901 di Redditch, Inggris. Hingga kini produk Royal Enfield masih mengusung bentuk lama, yakni seri WD/RE. Pada Perang Dunia II seri ini lebih dikenal dengan julukan Flying Flea dan banyak digunakan untuk kendaraan militer. Bentuk khas dengan desain tangki lonjong itulah yang hingga hari ini dipertahankan lini produk Royal Enfield klasik 350 cc dan 500 cc.
Alhasil, identitas “motor perang” tidak hilang dari merek asal Inggris tersebut. Fakta ini membuat Royal Enfield terlihat unik dibanding desain motor modern pada umumnya. Sebagai motor legendaris, keandalan kuda besi yang kini diakuisisi India ini tidak diragukan lagi. Salah satu poin penting dalam memilih motor adalah konsumsi bahan bakar.
Terlebih lagi motor dengan kubikasi mesin 500 CC. Salah satunya adalah Royal Enfield Classic 500 CC. “Jenis ini irit, perbandingan muter-muter dalam kota bisa 1:25, artinya satu liter BBM untuk 25 Km, luar kota bisa sampai 1:30. Tak heran kini banyak anak SMA dan mahasiswa nunggangi ‘motor perang’ ini,” ucap Donny Hendaris, Presiden Royal Riders Indonesia (RORI).
Baca juga: Royal Riders Indonesia, Ngumpulnya Bikers 'Motor Perang'
Dia menilai, Royal Enfield nyaman dikendarai Selain itu, tenaga dan torsinya, motor ini nyaman dikendarai untuk perjalanan jauh dengan trek yang beragam. Selain itu perawatan Royal Enfield cenderung lebih murah ketimbang motor besar lainnya. “Tapi jangan dibandingkan sama pabrikan Jepang,” katanya.
Baca juga: Sambil Ngegeber, Royal Riders Indonesia Aktif Kampanye Anti-Narkoba
"Kalau motor bikinan Jepang langsung konstan dan bisa digeber di jalanan, kalau ‘motor perang‘, perlu penyesuaian dulu,” imbuhnya yang mengaku pernah ‘menggeber’ Royal Enfield hingga kecepatan 125 Km per jam. (yahya/iw/ys)