JAKARTA - Bisnis pembuatan peti mati yang menggiurkan, ternyata tak hanya dinikmati pengrajin lawas di kawasan Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur. Pasalnya, saat ini semakin menjamur pengrajin sehingga membuat bahan baku pembuatan terus berkurang.
Ari Rusmawan (41), sampai saat ini pemesanan peti mati memang masih tetap ada meski tak sebanyak beberapa bulan lalu. Saat ini, angkanya masih mencapai 10 persen atau sekitar 10 peti perharinya. "Kalau pas awal-awal covid-19 pemesanan bisa sampai 300 persen tiga kali lipat," katanya, Jumat (11/9).
Menurut Ari, mulai sepinya orderan disebabkan menjamurnya pengrajin peti mati. Sehingga, rumah sakit yang biasanya memesan ke tempatnya kini berpindah ke yang lain. "Ya karena pengrajin masih sedikit makannya banyak yang beralih, saya sendiri juga sebelumnya kan sopir ambulans," ujarnya.
Ari menambahkan, bahan baku kayu untuk pembuatan peti yang kini terus berkurang juga menjadi faktor lainnya. Sehingga, ia pun mencoba mengakali pembuatan peti mati dengan mengggunakan papan dan triplek.
"Cuma karena untuk korban covid-19, jadi harus dilapisi plastik, alumunium foil, dan juga di lem agar tidak bocor," terangnya.
Dengan bahan baku triplek itu juga, sambung Ari, pengerjaan peti mati menjadi lebih cepat dari biasanya. Karena proses pengampalasan yang biasanya memakan waktu, kini menjadi singkat.
"Namun untuk kualitas itu sudah sesuai dengan standar dari Dinas Kesehatan, jadi tidak diragukan lagi," pungkasnya. (Ifand/win)