JAKARTA – Ditengah sulitnya mendapatkan orderan penumpang, Eri, pengemudi ojek online ini kerap bertemu penumpang yang membuatnya pusing.
Salah satunya adalah penumpang yang bersikeras meminta uang kembalian Rp 500 perak.
Tentu saja, Ayah tiga anak ini mengurut dada mencari tukaran uang recehan di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Setengah jam lamanya ia berkeliling mencari tukaran Rp500, karena penumpangnya yang berpakaian necis tetap menunggu uang kembaliannya.
"Saya mau bagaimana lagi. Dia minta uang kembalian, tarif orderan Rp 13,500. Dia kasi Rp 14.000. Saya paksa tukarin dulu uangnya, cari gopek (500 perak). Cari gopek ampe muter hampir setengah jam," ingat Eri, Sabtu (12/9/2020).
Ojek Online (ojol) yang kerap mangkal di kawasan Petojo, Jakarta Barat ini mengaku mayoritas penumpang dikawasan tersebut adalah WN Nigeria dan Korea. Namun, sebagai ojol ia harus menjalankan tugasnya jika tidak akan mendapat teguran dari operatornya.
"Dibilang kapok, ya kapok juga sih. Kalau orang Nigeria kadang saya cansel. Bukan karena kembalian-nya aja Bang, kalau diboncengin gak bisa diam kakinya yang panjang.
Kalau di jalan kita takut kenapa-kenapa," ucapnya.
Eri mengaku, kondisi ojol saat ini masih sepi orderan penumpang. Kepastian penerapan kembali PSBB oleh Pemprov DKI Jakarta, pada Senin (14/9/2020) akan semakin memperparah kondisi para ojol.
Selama PSBB transisi, dalam sehari dia hanya mampu mendapatkan uang Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu, itu belum dihitung biaya operasional untuk bensin, makan, hingga ngopi. Terkadang hasil ojol habis untuk biaya operasionalnya.
"New normal aja orderan sudah sulit. Gak tau lagi kembali PSBB, saya yakin pasti akan semakin sulit. Kita hanya bisa gigit jari gak bisa ngomong lagi, bang. Jangankan untuk anak sekolah, makan aja sudah susah," tukas Eri.
Kalau kondisi seperti ini terus menerus, sambung Eri masyarakat akan mudah marah karena untuk makan saja semakin sulit. Pemerintah harus segera turun lagi pasok sembako.