Anies Tarik Rem Darurat, Rupiah Diperkirakan Anjlok

Kamis 10 Sep 2020, 12:07 WIB
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyebut keputusan PSBB akan mempengaruhi ekonomi nasional. (ist)

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyebut keputusan PSBB akan mempengaruhi ekonomi nasional. (ist)

JAKARTA - Keputusan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang kembali akan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai 14 September 2020 akan mempengaruhi perekonomian nasional.

Demikian disampaikan Ekonom Bank Permata, Josua Pardede yang dihubungi di Jakarta, Kamis (10/9/2020).

"Kondisi perekonomian Indonesia dapat terpengaruh oleh PSBB DKI karena kontribusi ekonomi DKI sekitar 18% perekonomian nasional," terang Josua.

Dia menilai keputusan akan menerapkan PSBB bisa menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar. "Oleh sebab itu kebijakan PSBB DKI tersebut masih akan berdampak pada perekonomian nasional dan berpotensi menahan pemulihan ekonomi Indonesia yang mulai terlihat pada 2020," tegasnya.

Baca jugaAnies Tarik Rem Darurat, Operasional Angkutan Dibatasi dan Gage Ditiadakan

Josua juga memprediksi nilai rupiah akan terus anjlok terhadap dolar AS dengan adanya penerapan kembali PSBB di DKI Jakarta.

"Karena faktor di atas rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS dengan rentang 14.750-14.875 per dolar AS," papar Josua.

Meskipun demikian, lanjut Josua, pelemahan rupiah terhadap dolar AS juga dipengaruhi sentimen di penutupan pasar keuangan AS tadi malam mengindikasikan risk on sentiment (langkah untuk menghindari resiko) , di mana bursa saham AS ditutup dalam teritori hijau yang di saat bersamaan mendorong pelemahan dollar AS terhadap mata uang utama.

Baca jugaNilai Tukar Rupiah Masih di Zona Merah, di Level Rp14.825 Per Dolar AS

Selain itu, lanjut Josua, sentimen pelemahan rupiah dipengaruhi oleh koreksi Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang ditutup melemah 1,81% ke level 5.149 sementara yield SUN ditutup naik sekitar 1-2 bps.

"Faktor yang mempengaruhi adalah tensi dagang antara AS dan Tiongkok yang mendorong risk averse sentiment di pasar keuangan negara berkembang," papar Josua.

News Update