BNPB Akan Memasang Sistem Peringatan Dini Antisipasi Banjir

Selasa 08 Sep 2020, 17:10 WIB
Ilustrasi tragedi banjir di Luwu Utara belum lama ini. (ist)

Ilustrasi tragedi banjir di Luwu Utara belum lama ini. (ist)

JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan memasang sistem peringatan dini untuk mengantisipasi banjir dan longsor .

Seperti diketahui, data Januari  hingga akhir Agustus 2020, BNPB mencatat kejadian banjir mencapai 726 kali dan tanah longsor 367. Total korban meninggal dunia akibat dua jenis bencana tersebut mencapai 225 orang dan hilang 18.

Melihat potensi ancaman bahaya yang tinggi, BNPB bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) akan memasang alat sebagai bagian dari sistem peringatan dini, baik untuk banjir dan longsor.

Pada tahun ini, BNPB akan melakukan pemasangan sistem peringatan dini banjir (Flood Early Warning System atau FEWS) dan sistem peringatan dini longsor (Landslide Early Warning System atau LEWS) di dua provinsi, yakni Provinsi Jawa Tengah dan Bangka-Belitung.

"Tujuan utama dari pemasangan sistem peringatan dini ini untuk membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana,” ujar Afrial Rosya, Direktur Peringatan Dini BNPB dalam keterangannya, Selasa (8/9)

"Tujuan utama dari pemasangan sistem peringatan dini ini untuk membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana,” ujar Afrial Rosya, Direktur Peringatan Dini BNPB melalui ruang digital, Senin (7/9).

 Afrial menambahkan bahwa sistem ini dipasang di lokasi-lokasi yang rentan bencana. Di samping itu, sistem ini akan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk menghindari korban jiwa serta kerusakan harta dan benda saat terjadi bencana.

"BNPB juga akan mengevaluasi pemasangan sistem ini sebelumnya di seluruh wilayah Indonesia, untuk menjamin keberfungsian sistem peringatan yang telah dipasang sejak tahun 2007,” lanjutnya.

BNPB juga mencatat bahwa berdasarkan analisis InaRISK, Kabupaten Belitung memiliki tingkat risiko bahaya banjir sedang hingga tinggi. Ada lima kecamatan dengan luas yang berada di wilayah berbahaya hingga 29.442 hektar. Sedangkan populasi terpapar, di lima kecamatan teridentifikasi sebanyak 42.608 jiwa.

Sementara itu, wilayah Kota Semarang memiliki enam kecamatan dengan tingkat risiko sedang hingga tinggi. Populasi terpapar di kota ini berjumlah 11.129 orang.

Pemasangan sistem peringatan dini didahului dengan penandatanganan kerja sama BNPB dan UGM yang dilakukan melalui ruang virtual.

News Update