Ketika Anak Tersesat LGBT

Senin 07 Sep 2020, 10:00 WIB
Para pria yang digerebek dalam pesta seks gay, di apartemen di Kuningan.

Para pria yang digerebek dalam pesta seks gay, di apartemen di Kuningan.

SEBAGAI kaum marjinal, kelompok Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) perlahan mulai berani memamerkan komunitasnya ke publik. Kini, mereka lebih enjoy kongkow  dengan  sporadis, meski masih terkesan ‘ngumpet’. Terbukti, terungkapnya  pesta seks gay di apartemen Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan pada Jumat (4/9/2020) lalu.
 
Kebanyakan pria ini berusia antara 20-35 tahun datang dari berbagai kawasan dan daerah di tanah air. Bahkan ada yang berasal dari luar negeri. Mereka datang atas undangan penyelenggara. Tema acara dibuat sedemikian rupa dengan tajuk, ‘Kumpul Kumpul Pemuda Rayakan Kemerdekaan'.  Pesta seks digelar komunitas gay ‘Hot Space’ yang melibatkan banyak orang dan dikelola  profesional. Acaranya tersusun dan terencana.
 
Mulai dari undangan, pertunjukan dan  game permainan, semua  tertata rapi. Peserta hanya tinggal mengikuti acara demi acara setelah membayar biaya registrasi antara Rp150.000 per orang dan Rp300.000 untuk tiga orang. Artinya pengelola sudah berperan sebagai mucikari.
 
Kasus pesta seks sejenis bukan kali ini saja terungkap. Sebelumnya polisi menggerebek acara serupa  di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara pada 22 Mei 2017 silam. Kemudian pada Minggu (30/9/2018) di kawasan Sunter Agung, Jakarta Utara. Rentetan kejadian tersebut memberi warning, kita harus waspada. Dituntut kepedulian dengan keluarga dan lingkungan.
 
Tetap memantau keluarga, terutama anak agar tidak salah jalan. Bimbingan orangtua  diperlukan, supaya anak tidak menyimpang. Awasi pergaulan jangan sampai terkontaminasi dengan hal-hal negatif. Tanamkan nilai-nilai agama dan budaya pada diri anak dan keluarga. Orientasi seks seorang anak muda yang beralih kepada sesama jenis adalah konsekuensi dari gagalnya orang tua dalam mendidik.
 
Pendidikan yang salah di dalam keluarga membuat seorang anak bertumbuh dengan pemahaman ke jalan tak benar. Tanamkan kepada anak sedini mungkin, pernikahan adalah relasi lawan jenis, antara ayah dan ibu. Jelaskan, anak adalah buah cinta antara ayah dan ibu. Ketika anak sudah  masuk usia remaja ajarkan, seks itu adalah sesuatu kenikmatan, tapi  sudah terikat dalam pernikahan.
 
Perlakukan anak sesuai gender. Biarkan  anak laki-laki tumbuh  sebagai seorang  pria. Terakhir, ciptakan suasana rumah  rukun dan harmonis. Jika di dalam rumah anak menemukan orang tuanya hidup harmonis, dia akan bertumbuh mengikuti pola hidup yang diajarkan  bapak dan ibunya.**

Berita Terkait

News Update