Rupiah Kian Perkasa Saat Dolar AS Melemah

Selasa 01 Sep 2020, 13:03 WIB
Rupiah menguat atas dolar. (ist)

Rupiah menguat atas dolar. (ist)

JAKARTA - Dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah terhadap mata uang lainnya, setelah para investor mempertimbangkan pengumuman dari The Fed terkait perubahan arah kebijakan.

Demikian disampaikan Ekonom PermataBank Josua Pardede yang dihubungi di Jakarta, Selasa (1/9). Pengumuman The Fed ini juga menurunkan obligasi AS, yang turun 2bps ke level 0,70%. Indeks DXY mencapai titik terendah sejak 2018, seiring dengan penurunan hingga 0,25% ke level 92,14.

Josua menjelaskan indikator jasa Tiongkok mendorong penguatan sebagian mata uang Asia terhadap dollar, termasuk rupiah. Rupiah menguat 0,47% ke level 14,563.

"Kemarin, DPR mengajukan regulasi baru terkait posisi Bank Indonesia. Salah satu yang cukup dari RUU ini ialah pemindahan kembali mandat  pengawasan bank kepada BI, yang saat ini berada di OJK," terang Josua.

Dia menjelaskan regulasi ini juga akan mengatur tentang Dewan Moneter. Hari ini BPS akan merilis data inflasi, yang diperkirakan akan terjadi deflasi 0,01%mtm pada bulan Agustus atau setara dengan inflasi sebesar 1,36%yoy.

"Diperkirakan rupiah akan bergerak menguat pada kisaran 14,550-14,650. Pada bulan Agustus diperkirakan tercatat deflasi 0,01%mtm, setelah bulan Juli  tercatat deflasi 0,1%," papar Josua.

Baca JugaRupiah Menguat Pada Level Rp14.720/Dollar AS Akibat Keputusan BI.

Inflasi tahunan pada bulan Agustus diperkirakan tercatat 1,36%yoy dari bulan sebelumnya 1,54%yoy. Penyebab utama deflasi di bulan Agustus adalah deflasi pada komponen harga pangan yang bergejolak seperti beras (-0,11%mtm), daging ayam (-11,38%mtm), telur ayam (-0,68%mtm), bawang merah (-15,3%mtm) dan bawang putih (-0,57%mtm) didorong oleh supply  yang tetap terjaga namun permintaan cenderung masih lemah.

"Inflasi inti pada bulan Agustus diperkirakan tercatat sekitar 2,15%yoy dari bulan sebelumnya tercatat di 2,07%yoy. Inflasi inti masih ditopang oleh kenaikan harga emas yang sepanjang bulan Agustus tercatat naik 8,2%mtm. Meskipun demikian, faktor yang masih membatasi kenaikan inflasi inti adalah penurunan harga gula pasir sebesar -2,52%mtm," tuturnya.

Secara umum, menurut Josua, inflasi inti juga cenderung rendah mempertimbangkan daya beli yang belum membaik signifikan meskipun pemerintah sudah meluncurkan beberapa stimulus lanjutan pada akhir bulan Agustus seperti pemberian gaji ke 13 bagi ASN, penyaluran subsidi gaji bagi pekerja dengan gaji <Rp5juta serta pemberian banpres produktif bagi pelaku usaha mikro dan kecil.

"Secara keseluruhan, dengan tekanan inflasi yang rendah tersebut mengindikasikan tingkat konsumsi masyarakat cenderung dalam tren menurun dari awal tahun hingga pertengahanan kuartal III tahun 2020 ini. Namun demikian dengan peningkatan penyerapan belanja pemerintah termasuk anggaran PEN serta pemberian stimulus lanjutan untuk mengungkit daya beli masyarakat pada kuartal III tahun ini,". (johara/tha)

News Update