JAKARTA - Genangan buih di Kali Grogol, Jakarta Barat, tepatnya di sekitar Halte Transjakarta 12 Mei Reformasi dikeluhkan warga. Buih tersebut terlihat muncul dari saluran pipa Rumah Pompa Kyai Tapa.
Pegawai Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Barat, Eka menuturkan bahwa Rumah Pompa yang berada di kolong tol ini berfungsi sebagai PHB atau penghubung tali-tali air (got) daerah Grogol dan sekitarnya untuk kemudian ditarik ke Kali Grogol lalu dibuang ke kali Tubagus Angke, dan berakhir di laut. Rumah Pompa ini merupakan pengendali titik banjir di Jalan S. Parman dan Jalan Kyai Tapa.
Eka juga mengatakan bahwa warga sering kali menyalahkan pegawai ketika genangan buih muncul. "Banyak orang yang melapor ke atasan, mereka bilang kita gak kerja dan lain sebagainya, atau lihat pompa berbuih mereka bilang ini limbah berbahaya," ujar Eka ketka ditemui, Senin (31/8/2020).
Padahal, kata Eka, buih tersebut disebabkan oleh limbah rumah tangga (cuci piring, mencuci, mandi, dsb) yang terkena sedot Rumah Pompa, untuk kemudian dibuang ke muara.
"Cara kerja mesin kita ini kayak orang ngeblender. Orang kalau buah-buahan atau sayuran ketika diblender pasti berbuih, apalagi ini, yang dikelola air limbah Rumah Tangga, lagi", jelas Eka.
Tiga pompa yang berfungsi menyedot air di Rumah Pompa ini, masing-masing mampu menarik air 1.500 liter dan 10.000 liter air per detik, serta pompa mobil untuk menyerap genangan air di jalan raya. Eka juga menjelaskan bahwa limbah yang diolah merupakan limbah rumah tangga, dan dia pun sangat mudah dibedakan karena ciri yang dimiliki sangat berbeda.
"Kalau limbah berbahaya, atau limbah pabrik, dari ciri warna sudah bisa dibedakan, berbau, kayak air seperti habis mencuci bahan jeans, dan kalau gak dipompa, pun, tetap berbau," jelasnya.
Namun, mesin pompa sering kali rusak karena kendala sampah yang dihadapi. Sampah seperti plastik, botol, dedaunan, bahkan bangkai hewan kerap kali ikut masuk ke dalam mesin pompa, sehingga menyebabkan pompa tidak dapat bekerja optimal dan mesin dinamo rusak
Eka berharap masyarakat di DKI Jakarta mampu bekerja bersama untuk atasi masalah sampah, karena permasalahan sampah bukan hanya masalah petugas kebersihan atau instansi tertentu, tetapi juga masalah bersama.
"Karena musuh kita di DKI yaa masalah sampah" tambahnya. (nada/ys)