Pro Kontra, Itu Mah Biasa

Rabu 26 Agu 2020, 10:30 WIB

PRO kontra, setuju nggak setuju,suka atau nggak suka itu kan biasa di dalam demokrasi? Dan nggak usah jauh-jauh, di dalam keluarga saja, satu darah, orang bisa berbeda pendapat. Yang satu bilang begini, yang lain bilang begitu. Masih ingatkan dalam masa pemilu yang lalu, banyak  yang beda dukungan, padahal mereka satu keluarga, satu darah?

Boleh begitu? Boleh-boleh saja, yang penting itu dilalukan dengan kepecayaan  yang profesional. Artinya, mereka akan legowo dan menghargai pihak yang menang, begitu pula yang kalah harus dirangkul. Jadi setelah pemilihan, rangkul-rangkulan. Oke?

Namun yang namanya perbedaan pikiran boleh terus belangsung. Maka munculah, dalam pemerintahan misalnya ada yang disebut oposisi, kelompok yang selalu mengkritik kebijakan yang dianggap nggak sesuai dan merugikan rakyat banyak. Katakanlah, mereka yang kitis ini sebagai juri yang selalu mengingatkan. ”Wahai orang-orang yang betkuasa, kebijakan anda salah, jangan diteruskan. Ayo, perbaiki dan luruskan!”

Para pengingat itu bisa terdiri dari para ahli sosial,ekonomi dan agama, baik itu perorangan atau kelompok. Apakah partai yang memang sejak awal sudah siap menyatakan sebagai oposisi, atau juga bisa kelompok yang dibuat secara mendadak . Dan yang ada di dalamnya, bisa juga orang-orang yang nggak puas dengan jalannya pemerintahan. Nggak tangung-tanggung di dalam kelompok ini ada berbagai orang besar dalam bidangnya, pensiunan jenderal, para ahli, cendekiawan agama.

Kelompok semacam ini juga pernah muncul di era Orba, yakni Petisi 50, di dalamnya ada orang-orang hebat di antaranya yang bernama Ali Sadikin dan para sohibnya.

Mereka semuanya akan selalu mengkritik, dengan pemikiran dan pengamatan yang baik, menurut mereka tentu. Jadi silakan saja bicara, berdebat. Sekarang ini banyak banget media untuk menyalurkan unek-unek dan nggak usah disertai fisik yang akan merugikan semua pihak. Setuju? (massoes)

News Update