ADVERTISEMENT

Hasil Analisa, PJJ Bikin Siswa Lebih Banyak Main Dibanding Belajar

Minggu, 23 Agustus 2020 19:10 WIB

Share
Hasil Analisa, PJJ Bikin Siswa Lebih Banyak Main Dibanding Belajar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

BOGOR - Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,  Suhartono Arham mengatakan, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan metode daring membuat siswa sulit diawasi.

Dari data di lapangan, Bahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengakui  cukup banyak siswa yang malah bermain-main dengan berbagai aktifitas  ketika pada jam belajar. "Jadi memang kita tidak menafikkan anak-anak di jam sekolah, tapi mereka main layang-layang," kata Analis Kebijakan Ahli Madya Kemendikbud Suhartono Arham di Royal Padjajaran, kota Bogor, Minggu, (23/8/2020).

Suhartono mengatakan, tak ada pihak yang bisa disalahkan. Terlebih menyalahkan guru. "Guru bukan tidak mau melakukan pengawasan. Ini karena semua anak sudah berpencar di alamat masing-masing. Dipastikan guru kesulitan untuk memantau langsung  sampai ke rumah-rumah murid," kata Suhartono.

Untuk itu kata Suhartono,  meminta orang tua lebih berperan aktif. Sebab, saat PJJ berlangsung anak berada di posisi paling dekat dengan orang tuanya. "Orang tua harus lebih banyak berperan untuk mengamankan siswa pada jam pelajaran," ucapnya.

Dia pun  berharap pengawasan bersama yang dilakukan guru dan orang tua dapat berjalan baik. Agar asupan pendidikan anak di masa PJJ ini tetap berjalan baik. "Saya pikir ini tanggung jawab semua. Yang paling dekat dengan lingkungan anak saat itu orang tua, jadi yang pertama orang tua. Tentu dengan ini sekolah mensupport," pungkasnya.

BEBANI ORANG TUA

Suhartono menyebut tugas sekolah yang banyak tidak hanya membebani siswa, tapi juga orang tua.  "Ketidakmampuan guru-guru kita meng-create pembelajaran yang menyenangkan. Jadi pembelajaran justru jadi beban. Bukan saja bagi anak itu tapi beban orang tua," ucap Suhartono. 

Menurut Suhartono, guru harus mampu memberikan pembelajaran yang menyenangkan. Dirinya meminta guru fleksibel dalam menentukan skema pembelajaran. Inovasi pembelajaran di tengah pandemi Covid-19 ini, menurutnya sangat penting. 

"Memang pada situasi sekarang fleksibilitas sangat dibutuhkan. Kalau saya masih tetap bagaimana kita mengasah inovasi guru-guru kita untuk pembelajaran yang berkualitas tapi bukan hanya tugas bagi siswa," tutur Suhartono. (rizal/ruh)

 

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Guruh Nara Persada
Editor: Guruh Nara Persada
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT