Oleh Harmoko
"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".
Itu pesan Bung Karno kepada para pemuda Indonesia, generasi penerus bangsa.
Meski pesan itu disampaikan Bung Karno pada tahun1961, masih tetap aktual sampai saat ini, utamanya dalam konteks membangun bangsa dan negara.
Perjuangan dimaksud, tentu bukan kontak senjata, perang fisik di medan laga sebagaimana para pejuang mengusir penjajah lakukan.
Perjuangan di era sekarang adalah mewujudkan cita- cita bangsa, menciptakan masyarakat adil dan makmur. Tentu saja makmur yang berkeadilan.
Untuk mewujudkannya memang tidak mudah. Tidak semudah orang membalik telapak tangan.
Banyak kendala membentang dan hambatan menghadang. Begitu pun beragam problema yang menyertainya. Itulah "musuh" kita yang harus dilawan.
Jika musuh pada masa perjuangan adalah nyata dan tunggal, yaitu penjajah.
Sekarang yang kita hadapi multi kompleks, beragam bentuknya dan ada di sekeliling kita.
Berbagai persoalan mencuat. Bukan hanya soal perbedaan pandangan, pendapat, dan kebijakan.Juga beda aspirasi dan pilihan, beda latar belakang adat, budaya, bahasa, suku, agama yang acap menguji persatuan.
Belum permasalahan sosial, ekonomi, politik dan keamanan. Ditambah lagi munculnya perilaku yang kadang mempertontonkan ketidakadilan, tindak penyelewengan, korupsi, dan manipulasi.
Kalau saja pelakunya orang asing atau penjajah, kita bisa segera bergerak "usir dari negeri kita".
Tetapi perilaku yang demikian dilakukan oleh warga Indonesia, boleh jadi di antaranya teman kita, saudara kita, kenalan kita atau kerabat kita.
Inilah realita dari makna kalimat "Perjuanganmu lebih sulit, karena melawan bangsamu sendiri!"
Memang sulit perjuangan era kini, tetapi haruskah berhenti berjuang? Jawabnya tentu saja tidak. Bahkan karena kian sulit makin menuntut jiwa kejuangan yang tinggi pada setiap orang yang mengaku dirinya anak negeri.
Kita sepakat perjuangan melawan bangsa sendiri bukan sebatas menjadi pekerjaan rumah ( PR ) besar bagi kita semua.Tetapi yang wajib dijalani adalah menjadikan jiwa dan semangat juang tetap abadi terpatri dalam diri setiap anak negeri, bak pahlawan menghadapi para penjajah tempo dulu.
Jika diibaratkan peperangan, kita tidak tahu kapan "musuh akan datang menyerang".
Yang pasti kita wajib bersiap diri, memantapkan hati untuk terus berjuang mendobrak perilaku menyimpang, sikap perbuatan yang dapat menghambat terwujudnya kesejahteraan dan keadilan sosial.
Cukup banyak contoh perilaku menyimpang, sikap perbuatan yang mencederai perjuangan bangsa, di antaranya korupsi, manipulasi, pungli, dan gratifikasi.
Di era kekinian, menyebar berita hoax, memprovokasi, kriminalisasi, menyebar fitnah, perundungan dan masih banyak lagi.
Kita meyakini kesejahteraan dan keadilan sosial bukan hal tidak mungkin terwujud.
Kita pun meyakini "Indonesia maju" bukan kemustahilan untuk mencapainya. Sebab, kita memiliki aset dan sumber daya.
Kuncinya perkokoh jiwa kejuangan kita untuk menggapainya, bukan melalui kata tanpa makna, tetapi karya nyata.
Ingat! Bung Hatta berpesan "Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat."
Mari kita sama- sama menggapainya. (*)