Aksi Menyelamatkan Kerbau, Keraton Solo Tiadakan Kirab

Kamis 20 Agu 2020, 08:45 WIB

BAGI Keraton Surakarta (Solo), kerbau Kiai Slamet merupakan aset tak ternilai dan tak tergantikan. Maka di musim Covid-19 ini, pada malam 1 Suro tadi malam, Sinuwun PB XIII sengaja tak menggelar kirab pusaka. Dikhawatirkan kerbau dan masyarakat sama-sama terpapar.

Bagi orang Solo dan sekitarnya, Kiai Slamet adalah kerbau legendaris milik Keraton Kasunanan. Meski sekadar hewan memamah biak, tapi kerbau ini sangat dihormati bahkan dianggap keramat. Kerbau-kerbau itu secara turun-temurun dipelihara Keraton sejak Sinuwun Paku Buwono (PB) II.

Konon kerbau itu awalnya pemberian seorang Kyai di Ponorogo, ketika Sinuwun PB II keplayu (mengungsi) ke Ponorogo gara-gara Geger Pecinan (1740). Ketika situasi sudah aman, PB II kembali ke Keraton Kartosura yang ternyata sudah hancur. Dibangunlah istana baru di Keraton Surakarta sekarang.

Kerbau Kiai Slamet oleh-oleh dari Kiai Ponorogo anak keturunannya sangat dikramatkan warga Solo. Setiap malam 1 Suro kerbau-kerbau itu selalu disertakan dalam kirab pusaka, keliling kota. Ini tradisi yang juga turun temurun sejak zaman Belanda.

Tapi gara-gara Corona, di mana di Solo juga banyak korban berjatuhan, Pemkot dan Keraton Solo menghormati seruan pemerintah pusat. Maka sesuai protokol kesehatan, kali ini malam 1 Suro semalam di Solo tanpa kirab pusaka.

Maka ketika di Jakarta ada aksi menyelamatkan Indonesia, Keraton Surakarta kecil-kecilan sajalah, membuat gerakan menyelamatkan kerbau Kyai Slamet. Soalnya jika kerbau-kerbau itu terpapar Corona dan mati, ke mana cari gantinya? Ini aset Keraton yang tak ternilai dan harus dijaga.

Ketika kerbau-kerbau itu dikerubuti massa tanpa kontrol, sangat rawan untuk terpapar Covid-19. Keraton Surakarta pun tak mau ambil risiko. Kerbau-kerbau Kiai Slamet kali ini bisa lenggah sekeca (duduk manis) di kandangnya dan Suran di Kraton Solo juga diselenggarakan secara climen (sederhana) dan terbatas. Hidup Kiai Slamet! (gunarso ts)

Berita Terkait

News Update