JAKARTA - Tumpahan minyak di wilayah Pulau Tidung, Kabupaten Kepulauan Seribu, masih terus ditangani petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dan Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH).
Meski begitu, dampak pencemaran tumpahan minyak di Kepulauan Seribu mulai merusak biota laut dan juga budidaya rumput serta ikan milik warga sekitar.
Kerugian materi pun, diyakini sangat besar nilainya bagi masyarakat.
"Ya benar sudah ada dampak. Rumput laut, jaring-jaring pada keramba apung . Otomatis juga ada yang mati," ungkap Kepala Sudin Ketahanan Pangan Pertanian dan Kelautan (KPKP) Kepulauan Seribu, Devi Lidya, Selasa (16/8/2020).
Menurutnya, selain di wilayah Pulau Tidung, kerusakan pada biota laut dan budidaya rumput serta ikan milik warga terjadi di dekat Pulau Pari.
"Untuk penanganannya sendiri, saat ini kita masih dirapatkan dengan Kabupaten," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sudin Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu, Djoko Riyanto Budi Hartono mengatakan, tumpahan minyak hingga Senin (17/8/2020), masih terdapat di Pulau Tidung.
Bahkan, ratusan karung berhasil dikumpulkan petugas.
"Untuk penanganannya juga saat ini kita sudah dibantu dari PHE OSES (salah satu anak perusahaan PT Pertamina Hulu Energy Offsore Southeast Sumatera)," ucapnya.
Sebelumnya, tumpahan minyak mencemari perairan Pulau Pari dan Pulau Tidung, Kepulauan Seribu sejak Senin (10/8/2020) lalu.
Petugas Sudin LH Kepulauan Seribu, masih melakukan uji laboratorium sampel terhadap tumpahan minyak untuk memastikan asal. (deny/tha)