Literasi Tangkal Infodemik, Gerakan Mencari Solusi di Tengah Pandemi

Sabtu 15 Agu 2020, 13:42 WIB
Peneliti dan Pengajar di Program Vokasi UI, Devie Rahmawati memberikan pemaparan di depan peserta mahasiswa dalam Literasi Tangk Infodemic (angga)

Peneliti dan Pengajar di Program Vokasi UI, Devie Rahmawati memberikan pemaparan di depan peserta mahasiswa dalam Literasi Tangk Infodemic (angga)

JAKARTA - Peneliti sekaligus pengajar di Program Vokasi UI, Devie Rahmawati mengadakan seminar Program Pengabdian Masyarakat mengusung tema berjudul "Literasi Tangkal Infodemik" yaitu Gerakan Mencari Solusi
di Tengah Pandemi Corona. Diadakan di Purgiwa Universitas Indonesia (UI) Kota Depok, Sabtu (15/8).

Kegiatan ini melibatkan 40 peserta yang terdiri atas mahasiswa, masyarakat depok, pengajar dan juga media. Pertemuan dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan, mulai dari pengecekan suhu, penggunaan masker dan pemberian handsanitizer.

Tidak hanya itu, kegiatan berlangsung dengan prinsip 3A : Udara, jarak dan lama. Dimana pintu ruangan dibiarkan terbuka, peserta dalam posisi berjarak, dan dilakukan hanya selama 2 jam.

Di sela acara Devi menyampaikan, pada situasi Pandemi Corona saat ini ada tantangan 'virus' lain yang ia sebut sebagai Infodemik. Yakni sebuah aktivitas penyebaran berita-berita bohong yang dapat berdampak pada banyak hal antara lain. Menurunnya kepercayaan kepada otoritas kesehatan, membuat masyarakat merasa percaya diri dan cenderung menyepelehkan penyakit ini.

Infodemik Menjangkit Berbagai Kalangan

Sebagai perbandingan, studi di Amerika Serikat menemukan bahwa sekitar 13% masyarakat Amerika yang percaya bahwa Covid itu hoax; 49% itu rekayasa manusia.

Fakta obyektif ini menunjukkan bahwa 'virus infodemik' ini juga menjangkiti masyarat maju.

"Studi di barat tentang respon masyarakat di tengah - tengah krisis (bencana alam, kesehatan, perna dan lainnya) menunjukkan bahwa biasanya terbentuk empat pola masyarakat yaitu patuh, pengikut, petualangan dan pemberontak. Jumlah masyarakat yang masuk dalam kategori pemberontak, yang tidak mau mematuhi atau menolak upaya-upaya menuju perbaikan dari krisis sekitar 10-20% paling tinggi. Walau belum ada penelitian mendalam tentang respon masyarakat terkait Covid yang masuk dalam kategori pemberontak, namun bila diasumsikan terdapat 10% saja dari 270 juta masyarakat Indonesia tidak taat pada protokol kesehatan, maka berpotensi ada sekitar 27 juta orang yang akan dengan percaya diri melakukan aktivitas beresiko di tengah pandemi ini," beber Devie kepada Poskota di lokasi, Sabtu (15/8).

Masyarakat yang masuk dalam kategori “pemberontak” ini, lanjut Devie, dapat berasal dari individu dengan latar belakang suku, ras, agama, pendidikan dan ekonomi yang beragam.

Lagi-lagi mengambil contoh di Amerika Serikat, ada seorang penulis intelektual ternama, lulusan universitas ternama, juga mempercayai bahwa Covid ialah hoax. Artinya 'virus infodemik' ini dapat menerpa siapapun.

Sementara itu Devie menyebutkan, infodemik dapat menyebar dengan luas. Dari rangkuman studi-studi yang dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut banjir informasi.

Berita Terkait
News Update