Lebanon Perlu Di-Install Ulang Pasca Bencana Nasional

Kamis 13 Agu 2020, 06:21 WIB
Demo di Lebanon (Ist)

Demo di Lebanon (Ist)

LEBANON-Rakyat Lebanon tuding bahwa ledakan yang menewaskan 220 orang, melukai 6.000 warga, dan 70.000 bangunan rusak di Beirut, Lebanon (4/8) terjadi atas unsur politik elite dan korupsi.

Ledakan dahsyat yang terjadi akibat 2.570 ton amonium nitrat yang disimpan di hanggar penyimpanan biji-bijian dalam jangka waktu lama. Dampak ledakan terasa sampai Cyprus yang 120 mil jauhnya dari Beirut.

Kini kronologi ledakan diketahui karena kelalaian dalam pengerjaan perbaikan pelabuhan yang diusung pada (4/6) oleh Pejabat Tinggi Keamanan Negara. Percikan api pengelasan mengenai dan menyambar kembang api yang disimpan di hanggar yang sama, lalu api merambat ke bahan yang mudah meledak pada suhu di atas 210 derajat celsius.

Kejadian tersebut menyebabkan kerugian kolektif negara sebesar 145 triliun sampai 218 triliun. Para menteri mundur dari jabatannya, demonstrasi di mana-mana, ditambah tuntutan dari berbagai negara untuk reformasi Lebanon secepatnya.

Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab mengundurkan diri dari kabinet empat hari pasca ledakan (10/8). Setelah sebelumnya Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan, Menteri Kehakiman, Menteri Informasi, dan Menteri Keuangan telah mengundurkan diri terlebih dahulu.

"Saya sangat prihatin, sangat prihatin" tutur Kepala Badan Pangan PBB, David Beasley.

David mengutarakan keprihatinannya atas kekurangan pangan roti di Lebanon dalam waktu dua minggu karena 85 persen biji-bijian Lebanon datang melalui pelabuhan Beirut. Namun, ia optimis bahwa pelabuhan dapat dioperasikan kembali akhir Agustus 2020.

Pernyataan David disanggah oleh pemerintah.

"Lebanon memiliki persediaan tepung untuk 4 bulan ke depan dan beberapa bagian pelabuhan sudah siap menerima kapal kontainer", ujar Menteri Ekonomi Lebanon, Raoul Nehme dalam kunjungan ke pelabuhan Rabu (11/8). (NAD/fs)

News Update