Lima kabupaten /kota di Jawa Barat Alami Kenaikkan Tertinggi Kasus Positif Covid-19

Selasa 11 Agu 2020, 09:30 WIB
Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah. (ist)

Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah. (ist)

JAKARTA – Provinsi Jawa Barat khususnya di lima kabupaten /kota mengalami kenaikan yang tinggi kasus posotif Covid - 19 hingga  50,6 persen dalam sepekan terakhir.

Hal ini disampaikan oleh Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah, saat menyampaikan analisis data Covid-19 Jabar periode 9 Agustus 2020.

Dewi memaparkan lima kabupaten/kota di Jawa Barat yang menyumbang kenaikan kasus tertinggi di Jawa Barat, di antaranya adalah sebagai berikut:

 Kota Bandung 40 kasus menjadi 155 kasus (287,5 persen), Kabupaten Bandung dari 45 kasus menjadi 119 kasus (164,4 persen),  Cirebon dari 1 kasus menjadi 34 kasus (meningkat lebih dari 10 kali lipat),  Kota Cimahi dari 7 kasus menjadi 35 kasus (400 persen) dan Kota Sukabumi dari 1 kasus menjadi 28 kasus (meningkat lebih dari 10 kali lipat).

Dewi menambahkan, peningkatan kasus tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah laju penularan yang tinggi, munculnya klaster baru, dan jumlah pemeriksaan yang ditingkatkan.

“Biasanya kita bisa lihat dari tiga hal, yang pertama memang laju penularannya sedang tinggi disana, yang kedua ada klaster baru, dan yang ketiga memang jumlah testing yang juga ditingkatkan di Jawa Barat,” tutur Dewi saat berdialog di Graha BNPB, Jakarta, Senin (10/8).

Lebih lanjut, Dewi menjelaskan peringkat kabupaten/kota di Jabar berdasarkan jumlah kumulatif kasus Covid -19 pada peringkat nasional. Kota Depok menempati posisi pertama provinsi dan ke-17 di peringkat nasional.

“Yang pertama ini memang ada di kota Depok, ini peringkat 17 dalam peringkat nasional,” ucap Dewi.

Tidak hanya itu, berdasarkan analisis insiden kumulatif kasus per 100 ribu penduduk, Kota Depok masih menempati peringkat pertama provinsi dan peringkat ke-68 nasional.

Dewi lebih lanjut menjelaskan bahwa analisis per 100 ribu penduduk digunakan untuk melihat laju penularan dan menyamakan perbandingan jumlah penduduk di masing-masing daerah.

“Kita bisa melihat laju penularan yang ada di sana. Misalnya begini, kita melihat hanya angka bulatnya saja, dua daerah sama-sama 100. Tapi ternyata jumlah penduduk di kota A ini ada seribu yang satu 10 ribu. Pasti kita akan melihat perbedaan. Di sini kita melihat berarti yang 100 kasus per 10 ribu, tentu jauh lebih kecil laju penularannya dibandingkan dengan yang seribu,” jelas Dewi.

News Update