SILAKAN kalau ada yang mau bilang bahwa sebagian dari kita ini tidak menjengkelkan. Sebab sejak dulu belum banyak perubahan terhadap ketaatan terhadap peraturan dan hukum.
Kemarin saya salat Jumat di masjid dekat rumah. Masjid itu sudah diberi tanda saf mana yang boleh diduduki dan mana yang dilarang. Caranya adalah dengan dibuatkan garis lurus dan tanda silang merah. Masjid itu juga sudah mencabut semua karpet. Di pintu pagar masjid diberi poster bahwa semua yang masuk halaman masjid harus memakai masker.
Sebelum jamaah masuk masih ada petugas di setiap pintu masuk yang mencek suhu tubuh dan memberikan cairan sanitasi ke tangan setiap jamaah. Bagus sekali. Semua itu dimaksudkan agar jamaah mengikuti protokol kesehatan. Saya pikir hampir semua masjid sudah melakukan hal yang sama.
Tapi kemarin itu tiba-tiba saja ada satu jamaah cukup tua tiba-tiba duduk di tempat yang sudah diberi tanda silang persis di samping saya. Memang masjid sudah mulai penuh karena azan sudah hampir. Saya ingatkan jamaah tersebut bahwa dia salah tempat. Tapi tetap saja dia duduk disitu. Meskipun jarak dia dengan saya masih cukup jauh tapi saya menjadi kurang konsentrasi untuk salat. Brengsek banget.
Hal seperti ini yang bikin saya mengambil kesimpulan bahwa sebagian dari kita ini masih menjengkelkan. Protokol kesehatan itu dibuat untuk menjaga kesehatan kita semua dari terkena Covid-19. Orang yg maksa duduk dekat saya itu tidak tahu bahwa kalau saya sedang terpapar virus misalnya dia akan terkena. Atau kalau dia yang membawa virus, saya dan orang didekatnya akan terkena.
Kalau ada jemaah yang terpapar virus akibat kebandelan jamaah seperti itu maka bukan hanya dia dan saya yang terpapar tapi juga keluarga dia dan saya semua termasuk tetangga-tetangga dia dan saya.
Maaf, orang yang suka melanggar aturan itu sesungguhnya bodoh dan egoistis sekali. Tidak memikirkan kesehatan dan kepentingan orang lain yang lebih luas. Mereka hanya memikirkan dirinya sendiri. Kalau itu terjadi di masjid seperti kasus saya, berarti orang itu juga tidak paham bahwa dia berdosa dan bisa jadi sholat Jumatnya tidak diterima oleh YMK.
Ketidaktaatan terhadap protokol kesehatan juga kita lihat di berbagai tempat umum. Lihat saja kerumunan di KRL, bus kota, di halte-haltenya termasuk di perkantoran. Banyak yang tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak. Juga banyak yang tidak memakai cairan pembersih tangan (hand sanitizer). Astagfirullah, menyeramkan dan menjengkelkan sekali. Mereka seolah menantang covid dan merasa dirinya sudah kebal. Padahal divaksin juga belum.
Tapi ketidakpatuhan terhadap hukum juga kita dapati di bidang kehidupan lainnya. Lihat saja bagaimana semrawutnya lalu lintas kita. Para pemotor merasa bebas untuk tidak memakai helm, melawan arus dan melanggar rambu. Para pemobil juga merasa bebas berbelok di tempat yang sudah diberi tanda larangan belok atau balik.
Korupsi itu terjadi karena banyak penjabat yang melanggar aturan dan wewenang. Aturan mengenai penggunaan dana negara pasti sudah ada dan pasti lengkap. Tapi korupsi tetap terjadi karena pejabat tersebut secara sengaja melanggar aturan dan menyalahgunakan wewenang mereka.
Pertanyaan yang timbul adalah mengapa mereka melanggar protokol kesehatan, melanggar aturan lalulintas dan melakukan korupsi?