JAKARTA - Cadangan devisa Indonesia pada bulan Juli 2020 naik sebesar 3,4 miliar dolar AS. Kenaikan ini diharapkan bisa digunakan untuk memberikan stimulus bagi masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.
"Saya berharap adanya kenaikan cadangan devisa negara bisa untuk memberikan stimulus kepada masyarakat yang terdampak oleh pandemi," Direktur Centre for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi di Jakarta, Jumat (7/8/2020).
Ia menambahkan sekarang ini pengangguran meningkat, dan sulit dihindari orang miskin pun juga meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang minus sampai lebih 5 persen itu sangat berdampak sekali pada perekonomian masyarakat, seperti daya beli masyarakat menurun.
Selain itu, Uchok juga mempertanyakan sumber yang menyebabkan kenaikan devisa tersebut, dari utang atau bukan. Ia menilai kondisi pandemi global tidak mungkin sumber devisa tersebut didapatkan dari surplus ekspor atas impor. Sebab seluruh dunia terdampak pandemi, sehingga kegiatan transaksi perdagangan macet.
Ia juga menilai tidak mungkin kenaikan devisa tersebut dari arus modal masuk ke dalam negeri karena adanya investasi. Karena banyak investor lebih hati-hati, atau sama sekali tidak melakukan ekspansi karena khawatir akan pandemi.
"Sebab itu, saya mempertanyakan asal muasal dari sumber kenaikan cadangan devisa tersebut. Kalau kenaikan devisa itu berasal dari utang luar negeri, maka percuma saja," tegas Uchok.
Ia menambahkan kenaikan devisa Indonesia tidak berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, karena rupiah sampai kini masih melemah, berada pada level Rp14. 600 per dolar AS. (johara/win)