JAKARTA - Pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan secara resmi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2020 sebesar minus 5,32 persen.
Kepala BPS Suhariyanto dalam keterangan secara virtual mengatakan, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 mengalami kontraksi atau minus 5,32 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang negatif ini merupakan pertama kalinya sejak periode 1998 atau ketika Indonesia mengalami krisis finansial Asia.
Kepala BPS, Suhariyanto. (ist)
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2020 tercatat mencapai 2,97 persen, atau mulai menunjukkan adanya perlambatan akibat pandemi Covid-19.
Minusnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal II sudah diprediksi oleh Bank Indonesia (BI) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Sri Mulyani sebelumnya memprediksi pada kuartal II 2020, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 4,3 persen.
Apakah Indonesia sudah masuk resesi? Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyatakan, Indonesia belum masuk resesi meskipun dengan pertumbuhan negatif 5,32 persen pada kuartal II.
"Untuk data PDB (Produk Domestik Bruto) yang sudah dilakukan penyesuaian musiman, maka pada umumnya, resesi teknis didefinisikan sebagai pertumbuhan kuartalan mengalami pertumbuhan yang negatif 2 kuartal berturut-turut," terang Josua, yang dihubungi, di Jakarta, Rabu (5/8/2020).
Ia menambahkan karena data PDB Indonesia masih belum menghilangkan faktor musiman, maka teknikal resesi didefinisikan sebagai pertumbuhan tahunan yang mengalami pertumbuhan negatif pada 2 kuartal berturut-turut. Jadi Indonesia belum teknikal resesi. (johara/ys)