Awas! TBC Mengintai di Tengah Pandemi Corona

Selasa 04 Agu 2020, 09:00 WIB
Penyakit TBC terus mengintai dan harus diwaspadai. (ilustrasi)

Penyakit TBC terus mengintai dan harus diwaspadai. (ilustrasi)

Sementara itu Kasudin Kesehatan Jakarta Selatan, M. Helmi mengatakan selama tahun 2020 tercatat 2.206 kasus TBC. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan PHBS serta adanya stigma tentang TBC membuat warga tidak waspada. Selain juga belum semua fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan mengobati TBC sesuai standar sehingga keberhasilan pun menjadi kurang.

Karena itu masyarakat harus membudayakan PHBS, makan makanan bergizi, rutin olah raga dan tidak merokok. Membudayakan perilaku etika batuk dan bersin dengan menutup hidung dan mulut.

Pencegahan bagi populasi rentan antara lain, Vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir, pemberian pengobatan pencegahan TBC bagi anakanak yang kontak erat dengan pasien TBC yang bisa diberikan di puskesmas.

Masyarakat yang teridentifi - kasi beresiko TBC, diharapkan agar melakukan skrining secara rutin. “Kelompok khusus maupun masyarakat umum yang berisiko tinggi penularan TB seperti lapas/ rutan, masyarakat pelabuhan, tempat kerja, institusi pendidikan berasrama, dan tempat lain yang teridentifi kasi berisiko, seperti perumahan padat, dan kumuh, sebaiknya rutin diskrining TBC,” pungkas Kristy.

Sedangkan Helmi menambahkan, guna mencegah kasus TBC, di Jakarta Selatan membentuk kampung maslahat Aksi Tangkis TB di wilayah kecamatan.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Inda Mutiara mengatakan data temuan kasus TBC terus mengalami penurunan. “Tahun 2019 capaian 253 dari target 220 atau 115 persen, sementara tahun ini capaian 132 dari target 271 atau 49 persen,” katanya.

Inda menduga turunnya angka karena kendala kunjungan terduga TB yang akan datang ke Puskesmas menurun. Pasalnya, di tengah Pandemi Covid-19 petugas ataupun kader TB tidak bisa turun ke lapangan untuk kunjungan rumah. “Karena memang saat ini untuk pemeriksaan kontak TB atau kegiatan Investigasi kontak tidak bisa optimal dilakukan, serta screning TB di masyarakat juga tidak dilakukan,” ujarnya.

Meski begitu, kata Inda, pihaknya terus berupaya agar bisa terus mendeteksi warga. Yaitu melakukan screning TB bersama-sama saat melakukan kegiatan screning Covid-19. “Caranya ya melakukan sosialisasi TB dan screning TB via online. Dan ini yang kami sebut kolaborasi program,” tandasnya. (Ifand/fi rda/adji/ta/ird/ys)

Berita Terkait

News Update