MASALAH EKONOMI
Terkait ada atau tidaknya pasien gangguan jiwa akibat bangkrut atau masalah ekonomi dan kehilangan pekerjaan saat pandemi Covid-19, Desmiarti tidak dapat memastikannya. Namun kasus seperti itu pasti ada.
“Kalau kita lihat sih, ada aja ya masalah seperti itu, bahkan mungkin (pasien) yang sudah mulai tenang, kambuh lagi karena kondisi seperti ini. Ada yang karena kecemasan meningkat. Tapi tidak terlalu banyak dibandingkan dengan pasien yang sudah gangguan jiwa atau perawatan,” tuturnya.
Adapun gangguan jiwa memiliki tingkatan, dari gangguan jiwa ringan, sedang hingga berat. Umumnya, pasien dengan gangguan jiwa berat maka akan menjalani rawat inap. Sedangkan untuk pasien gangguan jiwa sedang, biasanya hanya rawat jalan.
Desmiarti mengungkapkan, pasien gangguan jiwa yang menjalani rawat jalan maupun rawat inap, kebanyakan usia produktif yakni usia 20-30-an tahun.
“Jadi kita punya layanan untuk anak, dewasa, dan 60 keatas, tapi yang paling banyak usia produktif, usia 20 - 30an. Dan biasanya itu saya bilang, awal-awal gaduh gelisah, pertama kali episode dia muncul usia 20-an bahkan ada yang 19-an tahun,” kata Desmiarti.
“Jadi itu menunjukkan pada saat-saat itu problema yang dia hadapi mungkin berat, perkembangan kepribadiannya, terkait dengan perkembangan hormonalnya juga,” tambahnya.
TERBANYAK DARI JAKBAR
ODGJ yang jalani rawat inap kebanyakan berasal dari Jakarta Barat, yaitu mencapai 60-70 persen. Alasannya, sebagian besar merupakan pasien dengan asuransi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS. Sedangkan pasien lainnya berasal dari Depok, Bekasi, Serang dan Tangerang.
Selama pandemi Covid-19 dilakukan pembatasan akses ke luar masuk bagi para tamu. Beberapa pelayanan juga belum dibuka seperti sedia kala. Salah satunya pelayanan terapi penunjang. Agar protokol kesehatan dapat tetap dilakukan pihak rumah sakit.
Misalnya penerimaannya kapasitas terapi di satu ruangan bisa enam sampai 10 orang, sekarang kita batasi. Sehingga frekuensinya berkurang. Mereka harus jaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan. “Kalau kegiatan yang daycare, segala macam, ada beberapa yang disyaratkan rapid test dulu. Untuk memastikan mereka masuk dalam keadaan sehat. Jadi memang berkurang tapi suda mendekati normal,” jelas Desmiarti.
Sebagai informasi, daycare merupakan salah satu program rehabilitasi psikososial, berfungsi melatih ODGJ yang sudah menyelesaikan pengobatannya untuk bisa mandiri sebelum kembali ke masyarakat. (firda/ta/ird/ys)