SEBAGAIMANA profesi lainnya, driver ojek online (ojol) mengalami kesusahan di tengah pandemi corona. Hal ini juga dirasakan Umbara Utomo, abang ojol yang sering mangkal di kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Tak jarang Umbaran mendapatkan pesanan GoFood palsu. Orderan fiktif seperti itu biasanya dilakukan oleh customer yang iseng, dan tentunya merugikan bagi driver ojol.
"Kami cuma pasrah saja dengan keisengan customer (pelangan, red) ini. Untuk membayar GoFood di restoran kan memakai saldo kami. Sementara, customer membayarnya dengan uang tunai," kata pria kelahiran Jakarta, 20 Maret 1980 ini.
Meski akan dibayar juga oleh PT. Gojek Indonesia, namun harus memakan waktu 14 hari kerja. "Kalau sudah begini, biasanya makanan saya kasih kepada anak jalanan atau kaum duafa. Atau diberikan kepada masyarakat yang hidupnya sedang susah," ucapnya.
Driver ojol juga termasuk profesi yang terdampak pandemi. Tentu karena penghasilan jauh berkurang ketika masa sebelum adanya wabah virus corona (Covid-19). Namun begitu, Umbara tetap berkerja sebagaimana mestinya.
"Selama pandemi perusahaan Gojek sudah banyak membantu driver. Kami driver diberikan voucher belanja. Selain itu juga, kami diberikan makan gartis bersama keluarga," ucapnya.
Dalam pendidikan, kata Umbara, Gojek juga memberi bantuan pendidikan. "Besaran bantuannya berjenjang, mulai dari SD sampai jenjang D3. Soal berapa sebulan dapat bantuan tergantung tingkatannya," katanya.
Umbara menyadari penghasilannya pada pandemi berkurang, namun ia dan driver Gojek lainnya belakangan ini kembali bisa 'bernapas'. Sebab ada program 'Berkat' dari Gojek, di mana jika hanya mendapatkan Rp20 ribu dari jam 08.00-20.00 WIB, maka akan digenapkan menjadi Rp70 ribu.
"Saat ini, saya biasanya dapat Rp100 ribu-200 ribu, tapi sebelum pandemi bisa mencapai Rp300 ribu atau lebih. Harapan kami driver ojol semoga pandemi corona segera berakhir," tutupnya. (rizal/ys)