JAKARTA - Buntut bagi-bagi duit di Program Organisasi Penggerak (POP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Presiden Jokowi diminta untuk segera mencopot dan mengganti Mendikbud Nadiem Makarim sebagai menteri. Karena dinilai tidak memiliki prestasi, justru sebaliknya sering menimbulkan kontroversi.
“Nadiem tidak memiliki prestasi dalam memimpin Kemdikbud, justru sering menimbulkan polemik dan kontroversi,” terang Wakil Ketua Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay, di Jakarta, Sabtu (25/7).
Ia mencontohkan kontroversi Nadiem itu dalam kebijakan POP Kemdikbud, apa pertimbangannya meloloskan dua yayasan yang terafiliasi ke perusahaan-perusahaan besar dalam seleksi POP, yakni Sampoerna dan Tanoto Foundation, termasuk juga organisasi dan entitas baru yang dinyatakan lolos dalam seleksi program tersebut.
"Wajar saja jika kemudian Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah dan LP Ma’arif PBNU mengundurkan diri dari kepesertaan POP. Ini adalah bentuk protes dari kedua organisasi besar dan tertua di Indonesia tersebut. Nadiem tidak peka. Tidak memahami sejarah pergerakan ormas di Indonesia secara utuh, " kata Saleh yang juga Wakil Ketua Majelis Kehormatan Dewan (MKD).
Saleh juga menilai Nadiem sebagai Mendikbud tidak memiliki keahlian
spesifik. "Kalau dilihat dari latar belakang pendidikannya, kan campur-campur. Sarjananya adalah hubungan internasional, sedangkan masternya adalah MBA," ucap Saleh.
Selain itu, lanjut dia, bisnis yang digelutinya sebelumnya jadi menteri adalah startup di bidang transportasi. "Tidak satu pun dari latar belakang pendidikan dan pekerjaannya yang menunjukkan bahwa dia ahli dalam bidang pendidikan”.
Presiden Jokowi harus secepatnya mencari sosok yang mengerti dan menguasai persoalan pendidikan dan kebudayaan untuk memimpin Kemdikbud, pengganti Nadiem. “Insya Allah, tidak sulit mencari pengganti Nadiem ini. Ada banyak sosok dan tokoh yang jauh lebih menguasai persoalan pendidikan. Gendangnya sekarang ada di presiden. Semua pihak sekarang menunggu kapan gendang tersebut akan ditabuh, " Saleh menandaskan.
Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Prof Ahmad Mubarok setuju dengan desakan agar Presiden Jokowi segera mengganti Nadiem. Karena tidak memhami dunia pendidikan, sehingga khawatir kalau tetap menjabat Mendikbud akan merusak generasi.
“Dia itu (Nadiem) seorang pebisnis karena tidak memahami pendidikan. Dalam POP Kemdikbud itu memilih perusahan besar dalam program tersebut. Sebab itu, saya setuju agar Jokowi segera mengganti Nadiem,” terang Mubarok.
ALASAN NADIEM
Sedangkan, Nadiem Makarim mengatakan POP dirancang agar Kemendikbud dapat belajar dari inovasi-inovasi pembelajaran terbaik yang digerakkan masyarakat. Kemendikbud memberikan dukungan untuk memperbesar skala gerakan agar dapat dimanfaatkan secara lebih luas.