Yodi Diduga Tewas Bunuh Diri, Kriminolog UI : Harus Ada Kesimpulan-Kesimpulan Para Ahli

Sabtu 25 Jul 2020, 18:36 WIB
Foto Yodi Prabowo, semasa hidup. (ist)

Foto Yodi Prabowo, semasa hidup. (ist)

JAKARTA - Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Henny menilai kematian Yodi Prabowo (26), Editor Metro TV News harus ada kesimpulan-kesimpulan lainnya dari ahli-ahli lainnya selain forensik.

Menurutnya, perlu adanya edukasi terhadap masyarakat tentang adanya pemikiran terintegrasi, baik dari sisi kesehatannya, sisi reaksi masyarakatnya, dan tidak menimbulkan asumsi-asumsi liar.

"Harus  ada pemikiran terintegrasi sisi kesehatannya, sisi reaksi masyarakat,  dan tidak menimbulkan asumsi-asumsi liar kasihan keluarganya," kata Henny dihubungi Poskota Sabtu (25/7/2020).

Ia menjelaskan korban Yodi  ditemukan dalam keadaan yang bukan bunuh diri. "Kita masuk ke dalam dinamakan bunuh diri dan dia melakukan penyiksaan tidak menyimpulkan bunuh diri. Seperti kita ketahui orang-orang bunuh diri itu dengan cara cepat seperti memotong nadinya, menembak diri sendiri, lompat, gantung diri, minum racun," tegasnya.

Menurutnya, tidak perlu mengambil keputusam secara sepihak harus diperlukam pemikiran terintegrasi seperti dikaitkan para ahli seperti pakar hukum, ahli forensik, kriminolog, dan psikolog.

"Harus ada psikologi kenapa motif dia bunuh diri depresi kenapa, dengan dibunuh pasti beda posisinya," terangnya.

Polisi menunjukkan rekaman kamera pengawasa Yodi membeli sebuah Pisau di Ace Hardware. "Rekaman Kamera CCTV itu petunjuk satu sisi saja. Ilmu kejahatan secara luas harus libatkan para ahli tusukan apa dia bunuh diri secara paksa kalau bunuh," paparnya.

Kematian Yodi menjadi harakiri dijadikan cepat. "Kalau memang apa motifnya apa yang memperkuat dirinya?. Sebaiknta buat tim investigasi kepada masyarakat ini," terangnya. (Adji/win)

News Update