JAKARTA - Bisa bernafas lega karena rupiah sudah mulai membaik karena menguat terhadap dollar AS, meski masih berada pada level Rp14. 500,- per dollar AS.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (23/7), nilai tukar hari imi pada pukul 9:05 WIB bergerak menguat terhadap dollar AS di Rp 14.517,50 atau naik 62,50 poin (0,43 persen). Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR) berada di posisi 14.669 per tanggal 23 Juli 2020.
Namun, Direktur Centre for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi berharap tidak merasa senang terlebih dahulu dengan adanya kabar penguatan rupiah sekarang ini, karena itu sifatnya hanya sesaat.
Uchok menilai persoalan pandemi Covid-19 yang belum selesai, dan jumlah mereka yang positif terus bertambah akan mempengaruhi ekonomi Indonesia, termasuk mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Selain itu, lanjut Uchok, Gross Domestic Product (GDP/Produk Domestik Bruto) berasal dari konsumsi masyarakat, bukan dari perdagangan ekspor /impor.
"Indonesia tidak seperti Singapura dan Korea Selatan yang sekarang terkena resesi karena PDB kedua negara itu berasal dari perdagangan, dan kalau Indonesia berasal dari konsumsi masyarakat sehingga Indonesia belum terimbas," ucap Uchok.
Namun demikian, lanjut Uchok, konsumsi masyarakat akan berkurang seiring dengan uang tabungan mereka yang menyusut, apalagi banyak di antara masyarakat yang kehilangan pekerjaan di tengah pandemi ini.
"Sebab itu, diperkirakan konsumsi. atau daya beli masyarakat menurun drastis pada pertengahan Agustus nanti, dan kalau ini terjadi maka Indonesia bukan tidak mungkin mengarah ke resesi," ucap Uchok.
Uchok menandaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada pada minus 4 persen, meskipun pemerintah belum mengumumkannya secara resmi.
Ia berharap ada program dari pemerintah bagaimana menjaga daya beli masyarakat, salah satunya memberikan modal kerja kepada mereka. (johara/tri)