JAKARTA – Di langit Indonesia, diramalkan secara ilmiah, bisa terlihat kejadian yang langka, yakni melintasnya komet Neowise. Kejadian ini langka karena hanya bisa dilihat dalam 6.800 tahun sekali. Saat ini sudah mulai terlihat, tapi waktu terbaik 23 Juli.
Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) masyarakat Indonesia akan bisa menyaksikan detik-detik komet Neowise melintas di langit di atas wilayah Indonesia
Komet Neowise akan dapat dilihat di Indonesia mulai 19 hingga 25 Juli setelah matahari terbenam di atah barat laut. Laman Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) melaporkan waktu terbaik untuk mengamatinya pada tanggal 23 Juli.
Meskipun bisa dilihat dengan mata telanjang, komet akan sulit dilihat di daerah yang memiliki polusi cahaya tinggi. Lapan menyarankan, agar bisa mengamatinya, pilih lokasi pengamatan dengan arah barat laut yang bebas gangguan.
Disebutkan, kita jangan menggunakan instrumen dengan medan pandang sempit. Jika objek sangat redup, gunakan perangkat yang memiliki fitur go-to dan tracking/guiding bagus.
Ambil shutter speed yang panjang tapi tidak terlalu panjang. Jika komet redup, ambil citra yang panjang berulang kali dan ambil citra kalibrasi (bias, dark, flat) untuk kemudian ditumpuk (stack).
Untuk di Indonesia, waktu terbaik mengamatinya pada tanggal 23 Juli. Komet akan mulai sulit dilihat dengan mata telanjang pada tanggal 26 Juli di wilayah yang berpolusi cahaya tinggi. Mulai 5 Agustus, komet sulit dilihat dengan mata telanjang di wilayah dengan kondisi langit bebas polusi cahaya.
Lintang Kemukus
Bagi masyarakat Jawa kalau ada komet atau bintang berekor meluncur, sering dikaitkan dengan Lintang Kemukus. Orang Jawa menyebut lintang kemukus ini menjadi pertanda sesuatu dengan kekuasaan. Dalam hal ini pemaknaan dikaitkan dengan arah jatuhnya lintang kemukus.
Kitab Primbon Betaljemur Adammakna, arah lintang kemukus dibaca dalam 8 penjuru mata angin, masing-masing punya makna berbeda.
Bila di Wetan (Timur)
“Yen lintang kemukus manggon ing Wetan, ana Ratu prihatin, para bupati sahandhahane padha susah,” begitu bunyi barius pertama dalam primbon tersebut.
Artinya, jika ada lintang kemukus berada di sebelah timur, ada raja (pemimpin) prihatin, para bupoati dan bawahannya pada kesusahan,” katanya
Di Kidul Wetan (Tenggara)
Bila lintang kemukus di tenggara, ada raja (pemimpin) yang wafat, banyak orang pindah, Ada wabah penyakit. banyak orang sakit dan meninggal. Beras dan padi mahal. Kerbau dan sapi banyak yang dijual oleh pemiliknya. Orang desa banyak yang pindah. Hujan menjadi jarang. Buah-buahan banyak yang rusak.
Di Kidul (Selatan)
Pertanda ada raja meninggal. Para pembesar sedang berselisih dengan anggotanya. Banyak hujan. Hasil kebun melimpah hasilnya. Beras, padi, kerbau, dan sapi murah harganya. Orang desa merana hatinya.
Di Kidul Kulon (Barat Daya)
Pertanda ada raja meninggal. Orang desa melakukan kebajikan. Beras dan padi murah harganya. Hasil kebun berlimpah ruah. Kerbau dan sapi banyak yang mati.
Di Kulon (Barat)
“Yen lintang kemukus manggon ing Kulon, ana Ratu Jumeneng,” (Bila ada lintang kemukus di sebelah Barat, pertanda ada penobatan Raja, pemimpin). Rakyat merasa senang hatinya. Beras dan padi murah harganya. Apa yang ditanam akan berbuah subur dan cepat membuahkan hasil. Hujan deras dan lama.
Di Lor Kulon (Barat Laut)
Pertanda ada raja berselisih memperebutkan kekuatan. Para adipat berselisih memperebutkan kekuasaan. Bupati dan bawahanya bertengkar. Warga desa bersedih hatinya. Kerbau dan sapi banyak yang mati. Hujan dan petir akan terjadi di musim banyak terjadi, juga rterjadi gerharna. Beras dan padi akan mahal harganya, namun emas murah harganya.
Di Lor (Utara)
Pertanda ada raja (pemimpin) yang mengalami kesulitan dalam pemerintahannya. Para bupati dan pejabat saling bertengkar. Banyak kematian, rakyat bersusah hati, jarnag turun hujan, beras dan padi mahal harganya, ada pun emas murah.
Di Lor Wetan (Timur Laut)
Ada raja (pemimpin) yang ditinggalkan oleh pendukungngnya, banyak pejabat dan bupati meninggal, terjadi kerusakan di berbagai pelosok, banyak penduduk menderita, lagi banyak musim buah, sapi dan kerbau murah, sedangkan padi dan beras menjadi mahal. (win)