JAKARTA - Presiden Jokowi meminta masyarakat waspada akan penyakit TBC. Data di tahun 2018 lalu, diperkirakan terdapat 845.000 penduduk Indonesia mengidap penyakit tersebut.
"Dari jumlah itu pada tahun yang sama terdapat 98.000 orang yang meninggal karena penyakit menular tersebut," terang Jokowi saat memimpin rapat terbatas mengenai Percepatan Eliminasi Tuberkulosis di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/7).
Hadir dalam acara itu Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, sejumlah menteri di antaranya Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Mensesneg Pratikno .
Presiden mengatakan apalagi sebagian besar pasien tuberkulosis merupakan kelompok produktif dalam rentang usia 15 hingga 55 tahun.
Kepala Negara meminta agar hal ini diwaspadai. Meski tengah disibukkan dengan penanganan pandemi Covid-19, Jokowi menginstruksikan agar layanan diagnostik maupun pengobatan terhadap pasien tuberkulosis harus tetap berlangsung.
Bagaimana penanganannya, Jokowi menegaskan pola penanganan serupa Covid-19 dapat dipelajari dan diterapkan untuk meningkatkan efektivitas penanganan tuberkulosis ini.
"Saya kira seperti yang kita lakukan sekarang ini kita sudah memiliki model untuk Covid, yaitu pelacakan secara agresif untuk menemukan di mana mereka. Ini harus dilakukan," kata Presiden.
Jokowi juga mengaku tidak tahu apakah ini bisa ditumpangkan di penanganan Covid sehingga kendaraannya menjadi sama. "Kita bisa menyelesaikan dua hal yang penting bagi kesehatan rakyat kita. Kalau itu bisa saya kira akan lebih mempercepat," ujarnya.
Menurut Jokowi, itu berarti sampai sembuh. Kemudian stok obat-obatan juga dipastikan harus tersedia dan kalau perlu memang butuh Perpres atau Permen segera terbitkan sehingga prinsip kita sejak awal (yaitu) temukan, obati, dan sembuh itu betul-betul bisa kita laksanakan," tuturnya.
Selain itu, lanjut Presiden, upaya preventif dan promotif untuk mengatasi tuberkulosis ini bukan hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja, melainkan juga menjadi tanggung jawab bersama berbagai pemangku kepentingan. Sebab, penanganan hal tersebut harus dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan banyak sektor-sektor pendukung lainnya secara terpadu.
"Termasuk dari sisi infrastruktur. Semuanya harus dikerjakan terutama untuk tempat tinggal. Rumah yang lembap, kurang cahaya, tanpa ventilasi terutama di tempat-tempat yang padat ini betul-betul sangat berpengaruh terhadap penularan antarindividu sehingga ini bukan hanya di Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial, tapi PUPR juga harus dilibatkan dalam pengurangan TBC ini," tandasnya.
Seperti diketahui, tuberkulosis merupakan salah satu dari sepuluh penyakit menular yang menyebabkan kematian terbanyak di dunia dan telah ditetapkan sejak lama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai sebuah pandemi. (johara/ruh)