Pasar Rumput, Jaman Dulu Banyak Transportasi Kuda

Senin 20 Jul 2020, 07:37 WIB
Di Pasar Rumput yang kini banyak dijual barang-barang bekas (seken). (ifand)

Di Pasar Rumput yang kini banyak dijual barang-barang bekas (seken). (ifand)

JAKARTA  - Pasar Rumput merupakan nama pasar yang cukup popular dan berlokasi di Jalan Sultan Agung, Pasar Manggis, Setiabudi, Jakarta Selatan. Namun, jangan harap anda bisa mencari rumput, karena di kawasan ini kebanyakan hanya menjual barang-barang bekas pakai.

Berbagai jenis barang mulai dari sepeda, kursi roda, koper, tas, wastefel, closet duduk maupun jongkok, biasanya dipajang di pinggir jalan.

Harga yang ditawarkan pun biasanya setengah dari harga pasaran yang ada. Dan hingga kini, warga yang sudah lama tinggal di Jakarta pasti langsung menyasar kawasan ini bila memerlukan barang-barang tersebut. 

Berdasarkan informasi yang dihimpun, pasar yang dekat dengan kawasan Manggarai, dulunya merupakan tempat perdagangan bagi masyarakat Betawi yang menjual rumput untuk makan kuda.

 Para pedagang tidak diperbolehkan memasuki kawasan Menteng, karena mereka terlihat "kucel" dan banyak rumput tercecer kalau sedang berjualan.

Munculnya pedagang di lokasi itu, Karana pada saat zaman kolonial Belanda hingga era 1950-an, kuda menjadi alat transportasi yang banyak digunakan. Ada yang menggunakan hewan berkaki empat sebagai transportasi pribadi, dan banyak juga yang memanfaatkannya menjadi delman. 

Atas banyaknya kebutuhan pakan untuk hewan yang dijadikan alat transportasi, bisnis rumput di pasar tersebut mengalami puncaknya pada era 1950-an.

Namun, di tahun 1970-an, kejayaan pasar ini terus meluntur karena peralihan moda transportasi. Akibatnya, para pedangan rumput mulai hilang satu persatu dan beralih menjadi pedagang lain agar bisa tetap melanjutkan hidup.

Abdullah, 58, warga yang tinggal di sekitaran pasar Rumput mengatakan, hilangnya pedagang yang dulunya memenuhi seberang kali, karena perkembangan zaman.

Beralihnya alat transportasi masyarakat menggunakan kendaraan bermotor.membuat pedagang gigit jari. "Jadi bukan karena di gusur atau penertiban, karena pedagang sepi gara-gara sudah nggak laku lagi," katanya, Minggu (19/7/2020).

Dikatakan Abdullah, ayahnya yang dulu pernah ikut berjualan rumput, harus pasrah dengan perkembangan zaman. Agar tetap hidup, beralih menjadi penjual sepeda akhirnya dijalankan hingga saat ini. "Kalau urutannya itu jual rumput, sepeda, dan sekarang jualan macam-macam. Dulu waktu jual sepeda cuma disini pusatnya," ujarnya.

Selain menjual sepeda, kata Abdullah, akhirnya ada pedagang lain yang mencoba menjual barang-barang bekas. Pasalnya, banyak orang kaya yang tinggal di Menteng kerap membuang barang-barang mereka yang dinilai masih layak pakai. "Kalau ada yang buang diambil, dirapikan lagi. Udah bagus di jual, jadi sudah dari dulu begini," ungkapnya.

Menurut Abdullah, bisnis barang bekas pun akhirnya semakin ramai dan banyak yang menggelutinya. Dan dirinya sendiri merupakan generasi kedua yang ikut andil dalam perubahan yang terjadi di Pasar Rumput. "Sampai sekarang banyak orang yang mencari barang-barang bekas di pasar rumput karena kualitasnya bagus dan harganya murah," tuturnya.

Abdullah pun menyarankan, bagi warga Jakarta yang sedang membangun atau merenovasi rumah dengen dana terbatas, bisa datang ke Pasar Rumput. Pasalnya, di pasar ini juga menyediakan aneka barang sanitari bekas hotel yang dijual dengan harga sangat murah. "Karena barang-barang yang biasa buat diisi di rumah juga ada," pungkasnya. (Ifand/win)

Berita Terkait

News Update