ADVERTISEMENT

Pengobatan Neuropati pada Diabetes Melitus dengan Stem Cell

Minggu, 19 Juli 2020 20:10 WIB

Share
Pengobatan Neuropati pada Diabetes Melitus dengan Stem Cell

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA – Gangguan saraf tepi menjadi salah satu gangguan yang sering muncul pada penderita diabetes melitus. Gangguan ini dapat mengakibatkan gangguan sensorik dan motorik pada penderita seperti rasa baal, rasa kesemutan, sampai ke luka kaki diabetik yang dapat berakibat amputasi kaki. Bahkan terkadang juga memunculkan gangguan berkemih dan buang air besar.
 
Gangguan saraf tepi ini kata Dr. Anastasia Maria Loho, SpS, dokter spesialis saraf di Klinik Hayandra, sebagian besar muncul pada tahun ke-5.
 
“Sekitar 69% penderita DM mulai mengalami komplikasi neuropati pada tahun ke-5,” kata Dr Anastasia pada kegiatan Seminar Online bertema Penanganan Komprehensif Penyakit Saraf Terkait Diabetes Melitus, Minggu (19/7/2020).

Menurut Dr Anastasia, gangguan penyakit saraf tepi pada DM bisa dilakukan dengan secara konvensional, yakni pengendalian kadar gula darah, terapi medikamentosa yaitu obat-obatan serta suplemen, serta terapi non-obat seperti fisioterapi dan akupunktur.

Untuk mencegah sekaligus menangani komplikasi gangguan saraf pada DM, Dr. Nelfidayani, SpKFR, dokter spesialis rehabilitasi medik Klinik Hayandra menjelaskan, rehabilitasi medik memegang peranan penting. Rehabilitasi medik ini tidak hanya untuk pencegahan dan penanganan komplikasi gangguan saraf , tetapi juga mencegah stroke dan neuropati diabetik yang dapat menyebabkan kaki diabetes.

“Aktivitas fisik yang sesuai dapat membantu mengendalikan kadar gula darah bersamaan dengan penggunaan obat pada pasien DM,” katanya.

Pemeriksaan dan perawatan kaki secara rutin, senam kaki meliputi latihan lingkup gerak sendi dan latihan penguatan otot kaki, serta penggunaan sepatu yang sesuai, merupakan contoh tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kaki diabetes.

Dr. Nelfi menambahkan, pada kasus DM yang sudah terjadi gangguan saraf tepi (neuropati), sepertiga kasus mengalami nyeri neuropatik pada tungkai yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain penggunaan obat-obatan, terapi laser intensitas tinggi dapat membantu mengurangi nyeri neuropatik.

Pada kesempatan yang sama, Dr. dr. Karina, SpBP-RE, doktor bidang ilmu biomedik sekaligus CEO Klinik Hayandra dan HayandraLab menjelaskan bahwa proses pembentukan saraf baru (neurogenesis) serta pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan perbaikan gejala pada penderita penyakit saraf terkait DM. Dan ini bisa dilakukan dengan metode regenerasi sel (stem cell).

“Stem cell sebagai induk dari semua sel di tubuh kita, mempunyai daya yang luar biasa dalam proses regenerasi sel-sel tubuh yang rusak,” kata Dr. Karina.

Dalam disertasi doktoralnya di tahun 2019 lalu, Dr Karina berhasil membuktikan bahwa stem cell dari penderita DM terbukti mulai membentuk pembuluh darah baru (angiogenesis) dalam waktu kurang dari 6 jam. Prosedur stem cell yang dibiak maupun tanpa biakan yaitu Stromal Vascular Fraction (SVF), sudah banyak dilakukan di seluruh dunia dengan tingkat keamanan yang tinggi bila menggunakan sel dari tubuh sendiri (autologus).

Dr. Karina sebagai pemegang hak paten pertama di Indonesia untuk teknik pemrosesan SVF menambahkan, tidak hanya meregenerasi saraf dan pembuluh darah, stem cell dan SVF terbukti mampu mengendalikan kadar gula darah dari penderita DM.

Menyadari bahwa masih banyaknya hal yang perlu diteliti lebih lanjut untuk menghasilkan terapi yang makin baik, Klinik Hayandra dan HayandraLab rajin membuat riset dengan menggandeng peneliti dan klinisi baik dari dalam maupun luar negeri. Luaran (output) dari hasil riset dan layanan di Klinik Hayandra dan HayandraLab, telah dipublikasikan dalam banyak jurnal ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri.(*/fs)
 

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT