DEMAM berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit musiman. Biasanya, penyakit ini muncul saat masa peralihaan (pancaroba) dari musim penghujan ke musim kemarau. Demam tinggi merupakan gejala utama penyakit yang bisa berisiko kematian, jika tidak segera ditangani dan tidak diantisipasi dengan cepat.
Nyamuk jenis tertentu yang hidup di air atau genangan bersih merupakan penyebab utama penyakit tersebut. Membasmi jentik supaya nyamuk tidak besar adalah salah satu kunci untuk menghalau menyebarnya wabah DBD.
Tugas mulia itu yang sampai saat ini dijalani ibu Awi Wiyani. Wanita 45 tahun ini sudah mengabdi enam tahun menjadi petugas pemantau jentik nyamuk (jumantik) ) di RW 01, Kelurahan Warakas, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Ibu dua anak ini mengaku banyak kisah suka duka selama menjadi petugas jumantik. “Paling sering menghadapi hewan piaraan warga. Mulai anjing, monyet hingga angsa,” ucap wanita berkerudung ini.
Tak hanya itu. ia mengaku tak jarang pengalaman yang tak mengenakkan, terutama saat menjalankan tugas mendatangi rumah besar. Ia dikira datang mau minta sumbangan.
"Penghuni rumah teriak dari balik pagar tinggi sembari bilang minta maaf dulu enggak terima sumbangan,” tutur perempuan setengah baya ini sambil senyum.
Namun setelah dirinya menjelaskan kedatangan sebenarnya, pemilik rumah tersebut membukakan pintu dan mempersilakan dirinya masuk untuk memeriksa jentik nyamuk di dalam rumah tersebut.
Bahkan beberapa kali dirinya diusir oleh pemilik rumah dan ditolak masuk rumah, karena dikira sales yang menjual obat pembasmi jentik nyamuk yang dikenal abate.
DIUSIR PEMILIK RUMAH
Untuk membuktikan dirinya bukanlah sales obat, ibu Awi menjelaskan bahwa dirinya seorang petugas jumantik sambil menunjukkan surat tugas dari puskesmas kepada pemilik rumah tersebut. “Kalau ada yang ngusir, saya nggak pernah masukkan dalam hati,” ujarnya.
Sedangkan sukanya menjadi petugas, menurut Ibu Awi, banyak ketemu orang yang memiliki karakter berbeda satu sama lain. Sehingga dirinya banyak menimba pengalaman.