MENJADI petugas Jumantik (juru pemantau jentik), banyak suka dukanya. Seperti yang dialami Sumiyati (50), petugas Jumantik di RT 07 RW 04 Kel. Duri Selatan, Tambora, Jakbar.
Sudah lebih dari 10 tahun ia bertugas, selama itu pula Uum, sapaan akrabnya, merasakan asam manis dari tugasnya.
Uum sudah 10 tahun lebih bertugas memeriksa jentik nyamuk penyebab DBD di wilayahnya. “Sudah lama banget, dari jamannya saya belum digaji sampai sekarang akhirnya digaji. Yah 10 tahun lebih lah,” ujar Uum ditemui di kantor Kelurahan Duri Selatan, Jakarta Barat, Minggu (12/7/2020).
Diceritakannya, selama jadi Jumantik banyak mengalami berbagai kejadian. Salah satunya pernah diusir dan ditolak oleh warga yang baru tinggal di lingkungan tempatnya bertugas. Ia sangat terkejut lantaran sebelumnya tidak pernah.
Meski begitu, Uum tetap mencoba memberi pengertian kepada warga yang menolak kamar mandinya diperiksa ada jentik nyamuk atau tidak.
“Mungkin karena mereka pendatang jadi belum tahu, kalau kita itu Jumantik. Makanya saya ditolak untuk masuk rumah. Tapi saya bilang kalau memang enggak mau saya masuk, kamu harus tanda tangan surat ini. Biar nanti pihak kelurahan juga tahu,” kata Uum.
“Setelah saya bilang gitu, akhirnya saya diperbolehkan masuk,” sambungnya.
Namun di pekan berikutnya, ketika Uum datang ke rumah tersebut, kembali mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan. Begitu melihat kedatangannya, mereka terlihat tidak senang meskipun tidak lagi menolak.
“Pas saya datang lagi, saya dicemberutin. Gitu terus sampai tiga kali saya datang. Tapi saya cuek saja, saya coba bersikap ramah dan santai. Lama-lama mereka biasa saja, bahkan sekarang kalau saya datang untuk cek jentik gitu, mereka baik sama saya,” ucap Uum.
DIGONGGONG ANJING
Menurutnya, kejadian tidak mengenakkan tidak hanya sekali dirasakan. Bahkan dirinya pernah digonggongi anjing peliharaan pemilik rumah. Saat itu mau memeriksa kamar mandi dan pemiliknya keberatan.