INI lagi kisah dua wanita berebut “garan uyuh”. Ketika memergoki suaminya, Joko Subandi (30) kelonan di rumah kos-kosan, Ny. Desy (28), langsung mengomeli WIL suami, Mila (25). Maka keduanya terlibat perang kata kasar, saling memaki. Tapi ironisnya, si suami hanya diam seribu bahasa, kehabisan kata-kata.
Nggak di Jawa, nggak di Sumatra lelaki bisa sedang naik daun rejekinya, suka berinvestasi ke hal-hal yang tidak produktif. Bila dibelikan sawah bisa tanam padi sendiri, ini malah beli “sawah” sepetak yang tak seberapa luas.
Tentu saja istri tak mau diduakan, sehingga ketika melabrak si WIL, bisa terjadi Perang Baratayuda dengan tembakan makian kasar.
Joko Subandi warga Medan Tembung, Sumut, rupanya juga termasuk lelaki model demikian. Dalam usia semuda itu sudah berani punya WIL segala, mentang-mentang rejeki sedang naik daun, isa ngliwet kenthel kata orang Jawa Medan.
Terntu saja yang dipilih lebih bagus dari yang di rumah. Ibarat ban mobil, dicari yang daya cengkeramnya luar biasa, jenis ban radikal.
Perempan itu bernama Mila, yang tinggal di rumah kos-kosan bilangan Sidorejo. Tinggal di situ juga atas sponsor Joko Subandi, ibarat kata jadi pangkalannya mana kala mendarat sewaktu-waktu. Boleh dikata seminggu sekali Joko ke situ dalam rangka sporing balancing sekaligus “ganti olie”.
Lebih-lebih sejak istrinya hamil tua, Joko Subandi sering mangkal di sini. Pulang-pulang malam hari. Bila ditanya isrtri kok sampai malam, jawabnya klasik, “Lembur ma.”
Padahal lembur di sini sebetulnya bukan tambahan jam kerja, melainkan: lempengin burung cocak rawa, yang kata Didi Kempot almarhum, digoyang serrrrr….aduh penake!
Naluri seorang istri sangat kuat. Desy mulai berfikir, kenapa sekarang suami mulai jarang mengunjungi “ladang” miliknya. Padahal Qur’an sudah mengingatkan, “Istri-istrimu adalah ladangmu, maka kunjungilah sebagaimana kamu suka,” (Albakoroh 223).
Padahal Desy sebagai istri juga sangat merindukan “cangkulan” suaminya itu. Lagu anak karya Ibu Sud juga mengingatkan, “Cangkul-cangkul cangkul yang dalam…..(lagu Tanam Jagung).
Untuk menuduh langsung suami punya WIL, takutnya jadi tersinggung. Maka diam-diam sekali waktu Desy membuntuti ke tempat kerja suaminya. Pas pukul 16.00 suami pulang dengan sepeda motornya, dikuntitlah pakai ojek.
Lho lho, ternyata suami tak menuju rumah, tapi ke daerah Sidorejo. Ojek motor itu juga mengikuti dengan kecepatan sama, tapi jaga jarak sekitar 50 meter agar tidak mencurigakan.
Ternyata betul, Joko Subandi masuk ke dalam sebuah rumah kos-kosan, lalu disambut seorang wanita muda. Dadi Desy langsung mengkap-mengkap macam kap mobil dipanasi.
Maka begitu suaminya digandeng masuk ke dalam dengan penuh kemesraan, Desy langsung mendatangi Pak RT minta disaksikan saat mengadakan aksi penggerebekan.
Benar, saja begitu pintu didobrak rupanya Joko dan WIL-nya sedang ketanggungan. Dengan pakaian seadanya Joko dan Mila mencoba menemui tamunya. Tapi langsung saja Mila dimaki-maki Desy dengan suara kasar, menyebut kaum PSK dan bawa-bawa nama anjing dan babi.
Tentu saja Mila tak tinggal diam. Dia juga membalas makian kasar istri Joko Subandi. “Suamimu sampai begini kan karena kamu nggak becus ngurus suami.” Ujar Mila tak mau kalah.
Melihah situasi kritis ini Joko Subandi hanya diam saja seperti kebingungan. Untung Pak RT segera menengahi, sehingga keributan tak sampai berlarut-larut. Kasus berebut “garan uyuh” itu kemudian diserahkan ke Polsek Medan Tembung, sementara Desy dan Mila terus pasang kuda-kuda.
Maunya berantem sampai ronde berapa? (tribun medan/gunarso ts)