Oleh Harmoko
LALAI, lupa, khilaf, alpa dan salah adalah manusiawi. Tetapi jangan lantas terus mengulangi dengan alasan manusiawi.
Dengan mengulang kesalahan yang sama bukan saja kegagalan dalam berusaha, tetapi sebuah kemunduran.
Agar tidak terjebak ke dalam lubang yang sama, selain perlu belajar dari pengalaman, juga butuh nasihat orang lain.
Di era kini, ketika kita hendak bepergian ke suatu tempat, bahkan ke kantor sekalipun pun sering mendownload aplikasi petunjuk jalan - disebut GPS ( Global Positioning System - Sistem Pemosisi Global). Tujuannya agar kita tidak tersesat, tidak terjebak kemacetan sehingga perjalanan lebih lancar dan tepat sasaran sampai tujuan.
Dengan menggunakan GPS, sebenarnya kita sedang meminta informasi, panduan atau nasihat ketika hendak melakukan sebuah perjalanan.
Maknanya di era sekarang, kapan pun, dan pada situasi apa pun, panduan atau nasihat tetaplah diperlukan.
Ini juga bentuk kesadaran sebagai seorang manusia yang memiliki keterbatasan kemampuan. Karena menyadari keterbatasan itulah, setiap manusia akan senantiasa membutuhkan bantuan orang lain.
Dalam hubungan sosial kemasyarakatan, saling membantu, tolong menolong, adalah kewajiban bersama. Lebih - lebih, saling membantu sudah merupakan jatidiri bangsa yang telah terkristal secara jelas dan tegas dalam falsafah bangsa dan negara.
Manusia adalah makhluk individu dan sosial, karenanya tak ada manusia yang bisa hidup sendiri secara mutlak tanpa bantuan orang lain.
Bantuan itu pun tidak harus berupa materi, bisa melalui tenaga dan pikiran, termasuk di dalamnya nasihat.
Itu pula agama apa pun mengajarkan agar di antara kita saling memberi, saling berbagi, saling tolong menolong dan saling nasihat dan menasihati. Tentu nasihat yang baik, dan menuju kebaikan, bukan menjerumuskan ke jurang keburukan, apalagi kenistaan.
Lagi pula nasihat itu sudah seharusnya baik, bukan nasihat namanya kalau tujuannya menjerumuskan.
Dalam kehidupan berbangsa dan negara, dewan penasihat menjadi satu badan atau lembaga tersendiri. Seorang raja, kepala negara hingga pejabat negara memiliki tim penasihat. Sering juga disebut tim ahli.
Bahkan, dalam struktur organisasi politik dan kemasyarakatan pun, lazim terdapat dewan penasihat. Di level RT dan RW pun sering dimasukkan penasihat.
Yang perlu adalah bagaimana yang menjadi penasihat melaksanakan fungsinya dengan baik dan benar. Memberi nasihat untuk kemajuan organisasi itu sendiri, menyelesaikan masalah berdasarkan objektivitas, bukan subjektivitas.
Dengan begitu pencantuman nasihat bukan sebatas penghargaan karena alasan usia, senioritas, atau status sosial ekonominya.
Begitu pun mereka yang duduk sebagai pejabat di lembaga manapun baik swasta maupun pemerintahan perlu menghargai nasihat yang diberikan.
Ada pitutur luhur mengajarkan jangan menerima nasihat karena melihat orangnya, tetapi lihat dan dengarlah isi nasihat yang diberikan.
Kebiasaan kita mematuhi nasihat karena dia memiliki kedudukan, kekuasaan dan kekuatan, hendaknya dihindarkan. Lebih - lebih jika nasihat tersebut tidak sesuai dengan hati nurani karena akan mencederai rakyat.
Sebaliknya sekalipun nasihat dari wong cilik, tetapi akan membahagiakan rakyat, kenapa tidak dijalankan.
Kita meyakini kehidupan sosial akan berjalan harmonis, tatkala nasihat berjalan dengan optimal.
Mengapa? Segala potensi buruk dapat dihindari sedini mungkin ketika ada yang mengingatkan.
Nasihat memberi banyak manfaat, di antaranya menghindari keburukan, kegagalan dan ketidakbaikan.
Nasihat juga makin menjauhkan dari sikap ego dan kesombongan.
Sebaliknya dengan saling nasihat menasihati akan tercipta kedamaian, kerukunan dan keharmonisan.
Ibarat pejalan kaki tersesat jalan, ia memerlukan petunjuk yang mengarahkannya ke jalan yang benar.
Memang, tidak selamanya nasihat itu dapat diterima, kadang mengandung keraguan dan kecurigaan.
Namun orang bijak akan selalu menerima nasihat dengan lapang dada karena sadar itu adalah bagian dari perbaikan yang bermanfaat bagi dirinya.
Mari hargai nasihat orang lain, siapa pun dia adanya.
Betapa indahnya saling memberi, dan saling mengingatkan untuk kebaikan bersama. (*)