JAKARTA – Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo, mengungkapkan bahwa pengaruh Covid-19 sangat berdampak kepada pendapatan operasional PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI. Meski begitu, Didiek mengatakan tidak ada PHK dan pengurangan gaji karyawan.
"Pada saat operasional biasa pendapatan angkutan penumpang rata-rata Rp23 miliar dalam satu hari. Namun, dalam situasi sekarang, kami hanya mendapatkan pendapatan angkutan penumpang sekitar 10%-17%. Ini (Covid-19) sangat berdampak sekali terhadap pendapatan PT KAI," kata Didiek saat menghadiri rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (8/7/2020).
Untuk menjaga operasional hingga akhir tahun, lanjut dia, perusahaan pun membutuhkan pendanaan sekitar Rp3,5 triliun. Dana segar ini akan digunakan untuk mendanai biaya operasional arus kas perusahaan hingga akhir tahun.
"Atas kebutuhan operasional perusahaan, KAI mengusulkan dana berbentuk pinjaman modal kerja. KAI diproyeksikan akan mengalami kesulitan menjalankan operasional selama tahun 2020 dan 2021 akibat dampak Covid-19. Tanpa adanya PEN, KAI akan mencatatkan arus kas operasional negatif di tahun 2020," katanya.
Didiek merinci, nantinya dana Rp 3,5 triliun itu akan digunakan untuk perawatan sarana perkeretaapian senilai Rp 680 miliar. Lalu, untuk perawatan prasarana termasuk bangunan Rp 740 miliar. Selanjutnya, pemenuhan biaya pegawai Rp 1,25 triliun.
Kemudian, untuk biaya bahan bakar Rp 550 miliar, dan pendukung operasional lainnya Rp 280 miliar. "Kami tidak akan mengambil kebijakan PHK dan pemotongan gaji, sehingga kami memerlukan likuiditas sekitar Rp 1,25 triliun untuk membiayai pegawai,” kata Didiek.
Didiek memastikan, pihaknya akan mengembalikan dana talangan dari pemerintah ini. Dia berharap, dana pinjaman tersebut bisa diangsur dalam kurun waktu tujuh tahun dengan bunga dua sampai tiga persen.
"Kenapa kami minta jangka waktu tujuh tahun, kami sesuaikan dengan maturity profile dari obligasi jatuh tempo. Di mana, pada 2022 ada jatuh tempo, 2024 ada jatuh tempo. Sehingga kami harapkan pelunasan pinjaman Rp 35 triliun tadi, kami lakukan mulai 2022," ucapnya. (rizal/tri)