Kemampuan mengendalikan diri, menekan kehendak pribadi demi kepentingan umum – kepentingan yang lebih luas lagi, itulah sejatinya toleransi.
Saat ini, di tengah kian beragamnya pendapat, argumentasi , sikap dan perbuatan akibat semakin mudahnya mengakses berbagai informasi, menuntut kita untuk semakin toleran dalam merespons situasi.
Dituntut semakin mampu mengendalikan diri terhadap yang terjadi di sekeliling kita, utamanya menghargai pendapat orang lain, yang boleh jadi tak sesuai dengan sikap kita.
Sikap toleran dapat kita maknai taat terhadap norma sosial, norma keberagaman.
Selain sikap toleran, di tengah tantangan yang semakin berat seperti saat ini, di tengah beragamnya problema akibat dampak pandemi Covid -19, dituntut pula adanya kesabaran. Sabar di sini berarti taat diri. Lapang dada. Taat dan setia mengontrol diri sendiri untuk tidak cepat menyerah, tidak mudah berkeluh kesah, dan tidak putus asa.
Pitutur luhur mengajarkan kesabaran bukan berarti diam tak bergerak di saat tertimpa musibah. Bersabar adalah aktif bergerak mencari kebaikan saat musibah datang.
Dalam tata kehidupan sosial, sabar hendaknya kita maknai juga jika disakiti orang lebih memilih diam, ketimbang melawan. Lebih baik mencari kebaikan, ketimbang membuta mata membalas dendam, meski kesempatan untuk itu telah datang. (*).