Kampung ini jadi tempat berkumpulnya jawara-jawara yang punya elmu tinggi. Mulai dari siluman macan, siluman ular, pokonya macam-macam lah. Akhirnya Kampung ini dinamain Kampung Siluman,” kenang pria yang sudah memiliki belasan cicit tersebut
Selain cerita tersebut, cerita lainnya juga pernah didengar H. Panjang setelah kompeni datang di wilayah tersebut. Di masa penjajahan Belanda, konon Kampung Siluman yang dahulu hutan, menjadi tempat favorit bagi para pejuang untuk melarikan diri setelah terdesak tentara kompeni. Mereka biasanya mundur selangkah dari markas yang saat itu berdiri di Gedung Juang Tambun.
Di saat melarikan diri ke wilayah hutan yang saat ini disebut Kampung Siluman itulah para tentara Belanda sulit menemukan para pejuang Indonesia. “Iya kalau ada pejuang ke sini yang lari ke sini karena dikejar-kejar kompeni, mereka tiba-tiba ngilang dan gak bisa ditemukan. Padahal mereka masih ada si sekitar sini, gak kemana-mana. Tapi kompeni gak bisa lihat. Dari situlah muncul cerita Kampung Siluman,” jelasnya.
BISA MENGHILANG
Kedua cerita tersebut juga diamini H. Na’im (87) yang juga dianggap sebagai sesepuh di Kampung Siluman. “Mana yang benar, engkong mah gak tau. Yang pasti cerita-cerita itu mang udah jadi turun temurun buat warga di sini,” kata H. N’aim yang juga menjelaskan bahwa dahulu Kampung Siluman terbagi menjadi dua wilayah.
Pertama, adalah Siluman Bongkot yang terletak antara Gedung Juang Tambun hingga ke kantor Desa Wanajaya. Kedua, Siluman Ujung yang terletak antara Kantor Desa hingga TPU Wanajaya. Perbatasan kedua wilayah tersebut ditandai dengan adanya tugu yang terletak tepat di perempatan kantor Desa Wanajaya.
Cerita dari kedua sesepuh di Kampung Siluman tersebut, turun temurun menjadi sejarah bagi anak cucu dan gereasi berikutnya yang mendiami kampung tersebut. Yang pasti, Kampung Siluman jauh dari kata menyeramkan seperti yang anggapan banyak orang selama ini.
Meski telah banyak perumahan yang dibangun di wilayah tersebut, Kampung Siluman selalu punya cara untuk menjaga kelestarian alam dan budaya sendiri di tengah pesatnya teknologi saat ini. (junius/bi)