Heboh 'Kalung Anticorona' dari Kementan, Ini Tanggapan DPR

Senin 06 Jul 2020, 13:15 WIB
Anggota Komisi IX, Saleh Partaonan Daulay. (ist)

Anggota Komisi IX, Saleh Partaonan Daulay. (ist)

JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay meminta Kementerian Pertanian  (Kementan) untuk meneliti lebih lanjut kalung antivirus corona yang hendak diproduksi massal. Pasalnya, masih banyak peneliti maupun lembaga penelitian yang meragukan keampuhan dari kalung antivirus corona tersebut.

“Menurut saya, temuan itu masih perlu didalami lagi. Kementan harus melibatkan lembaga riset lain. Orang-orang belum yakin atas temuan itu. Jika banyak yang belum yakin, tentu belum tepat jika diproduksi massal," kata Saleh, Senin (6/7/2020).

Kalung tersebut dikatakan terbuat dari bahan eucalyptus yang mampu membunuh virus Corona. Namun, virus corona yang dimaksud bukan virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19. Karena itu, belum bisa diklaim sebagai antivirus corona.

“Saya sudah melihat dua contoh produknya. Saya diberi oleh teman. Bentuknya roll on dan balsem. Saya sudah coba dua-duanya. Modelnya seperti obat gosok. Kalau digosokkan ke leher atau kulit, rasanya sedikit panas. Baunya seperti minyak kayu putih," ujarnya.

"Setelah mencobanya, saya tidak tahu apakah itu efektif sebagai antivirus corona atau tidak. Yang saya tahu, banyak peneliti yang masih meragukan. Merekalah yang paling bisa memberikan justifikasi terhadap temuan-temuan seperti ini," bebernya.

Baca jugaKalung Penangkal Covid-19 dari Kayu Putih Bukan Mistis

Jika benar Kementan berhasil menemukan antivirus corona, tentu ini adalah satu temuan besar. Sebab, banyak negara yang sampai hari ini masih berusaha mempelajari dan mencari vaksin, obat, ataupun antivirus corona ini. Kalau para peneliti telah mengakui, Indonesia bisa berkontribusi dalam pemutusan mata rantai penyebaran virus corona secara global.

“Kalau benar, ini bisa menjadi temuan besar. Sebaliknya jika tidak benar, takutnya nanti kita diolok-olok orang. Makanya, sekali lagi, sebelum produksi massal, pastikan dan uji kembali. Libatkan sebanyak mungkin para ahli. Terutama mereka yang nyata-nyata masih meragukan," tutupnya. (rizal/ys)

News Update