ADVERTISEMENT

PKS: Penerimaan Negara dari Freeport Jeblok

Minggu, 5 Juli 2020 10:55 WIB

Share
PKS: Penerimaan Negara dari Freeport Jeblok

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS, Mulyanto prihatin mengetahui pendapatan negara dari PT. Freeport Indonesia (PTFI) anjlok dari 2,195 juta dolar AS menjadi 950 juta dolar AS. Padahal saat ini Indonesia merupakan pemegang saham mayoritas di PTFI.

"Pendapatan negara dari PTFI di tahun 2018 mencapai 2,195 juta dolar AS (termasuk deviden sebesar 180 juta dolar AS). Tapi tahun 2019, pendapatan negara anjlok menjadi hanya sebesar 950 juta (deviden tidak dibagikan, red) dolar AS," katanya, Minggu (5/7/2020).

Mulyanto lantas meminta pemerintah mengganti pejabat-pejabat terkait yang tidak mampu membawa nilai lebih atas kepemilkan saham 51% di PTFI. "Ini mengkhawatirkan. Sebagai wakil rakyat kami kecewa atas kinerja ini. Karena keputusan pemerintah divestasi 51% saham PTFI tahun 2018 lalu jadi dipertanyakan hasilnya," tegas Mulyanto.

Seharusnya, Mulyanto melanjutkan, dengan akuisisi 51% saham, pendapatan negara meningkat, dari royalti tembaga, emas dan perak yang semula masing-masing sebesar 1,5%, 1% dan 1% menjadi sebesar 4%, 3.75% dan 3.25%. Belum lagi pendapatan tidak langsung berupa pembagian dividen.

Mulyanto mengingatkan, saham Indonesia di PTFI sebesar 51%, dibeli dengan cara utang menerbitkan obligasi global bond sebesar USD 4 miliar dengan tenor 30 tahun. "Dan sekarang untuk membayar cicilan utang yang jatuh tempo, pada Mei 2020, kita utang lagi sebesar 2.5 miliar dolar AS dengan cara yang sama. Ini kan artinya gali lobang tutup lobang. Dari utang ke utang," ucapnya.

Sementara proyeksi penerimaan negara pada tahun 2020 (sesuai RKAB) hanya sebesar 650 juta dolar AS (kurang dari sepertiga penerimaan negara sebelum aquisisi). Realisasi selama Januari-Mei 2020 penerimaan negara hanya sebesar 117 juta dolar AS. Juga tidak ada penerimaan dividen di tahun 2020”, imbuh Wakil Ketua FPKS DPR RI ini. 

"Dua tahun berturut-turut, 2019 dan 2020, setelah aquisisi 51% saham PTFI (di akhir 2018), penerimaan negara terus merosot tajam menjadi hampir dari seperempatnya.  Sementara untuk membeli PTFI kita utang. Untuk bayar cicilan utang pun kita utang lagi," bebernya. (rizal/ys)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT