ADVERTISEMENT

Paket Pelatihan Kartu Prakerja Dihentikan, DPR: Imbas Lemahnya Komunikasi Publik Pemerintah

Jumat, 3 Juli 2020 10:25 WIB

Share
Paket Pelatihan Kartu Prakerja Dihentikan, DPR: Imbas Lemahnya Komunikasi Publik Pemerintah

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari memutuskan untuk menghentikan program paket pelatihan kartu prakerja. 

Keputusan itu tertuang dalam surat Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja nomor S-148/Dir-Eks/06/2020/pada 30 Juni 2020 yang ditujukan kepada mitra prakerja yaitu SekolahMu, Sisnaker, Skill Academi by Ruangguru, Bukalapak, MauBelajarApa, Pijar Mahir, Pintaria dan Tokopedia.

Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher menilai penghentian paket pelatihan prakerja ini sebagai bentuk lemahnya pemerintah dalam mengelola komunikasi publik."Setelah lama dikritik dan dianggap mengada-ada oleh banyak pihak, baru sekarang dihentikan. Ini bukti lemahnya komunikasi publik pemerintah dengan banyak pihak," kata Netty, Jumat  (3/7/2020). 

Berdasarkan evaluasi, ada beberapa hal yang menjadi catatan dari Manajemen Pelaksana (MP) di antaranya adalah mengenai tidak ada mekanisme yang dapat memastikan setiap peserta pelatihan menyelesaikan seluruh pelatihan.

"Setelah uang negara terpakai untuk hal yang kurang terukur output, out come dan benefitnya, program baru dihentikan. Ini kan pemborosan anggaran di tengah situasi krisis. Jadi, harus ada pertanggungjawabannya, karena bisa jadi ada pelanggaran hukum dan berpotensi merugikan negara," kata Netty.

Kritik Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Netty akan lemahnya pengelolaan komunikasi publik pemerintah, juga ditujukan saat  Presiden gusar ketika mengevaluasi kementerian dan lembaga yang dianggap tidak memiliki sense of crisis.

Menurut Netty, lemahnya kemampuan memahami aspirasi rakyat serta lambatnya merespon masukan dari banyak pihak,   membuat pemerintah melahirkan beberapa kebijakan yang tidak  peka terhadap kondisi rakyat. 

"Kenaikan iuran BPJS yang dipaksakan di tengah situasi masyarakat yang sedang kesulitan ekonomi, pengguliran new normal tanpa ukuran dan panduan yang jelas, wacana pengenaan pajak pada transaksi online, dan heboh tentang kenaikan tarif listrik, adalah beberapa contoh buruknya pengelolaan komunikasi publik. Seharusnya pemerintah menenangkan masyarakat dengan kebijakan yang pro rakyat," papar Netty.

Lebih lanjut, Netty Aher meminta  pemerintah memperbaiki pola komunikasi ini. "Saya berharap ada transparansi soal  penghentian program pelatihan prakerja, penghentian kenaikan iuran BPJS, dan memberikan penjelasan soal heboh naiknya tarif listrik serta pungutan pajak pada transaksi online tersebut demi kebaikan rakyat.
(rizal/tri)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT