ORANG tua mana yang nggak sedih, kecewa atau bahkan marah ketika tahu putrinya telah berbuat tak senonoh? Seorang bapak terkejut bagai disambar petir di siang bolong ketika memergoki anak gadisnya sedang ngamar dengan lelaki yang bukan suaminya.
Apalagi sang anak masih duduk di bangku SMP, ya masih terbilang muda dan bau kencur. “ Nak, kau bapak rawat dengan baik, supaya sekolah, ngaji solat, eh malah main ke hotel?” ujar sang ayah dengan nada geram.
Ini kisah nyata yang terjadi beberapa waktu lalu, di wilayah Jawa yang bisa dijadikan nasihat bagi orang tua lain. Bahwa anak apakah lelaki atau perempuan harus mendapat pengawasan ketat. Apalagi di zaman now ini yang serba canggih.
Terutama anak-anak perempuan yang rentan terhadap kejahatan seksual. Celakanya mereka yang masih sangat belia, dan mau ditipu oleh para lelaki perayu yang hanya mau menimati dan mengumbar nafsunya.
Tapi, apapun yang dilakukan lelaki, yang kebanyak juga masih belia, adalah karena sebab musabab ada kesempatan. Gadis yang baru gede biasanya terlalu enerjik. Kalau kata orang sih, terlalu genit, dan mengundang lelaki yang lagi iseng. Coba saja, beberapa kasus yang terjadi, para gadis bau kencur ini mau diajak oleh teman-temannya pesta miras. Mereka nggak sadar bahwa minuman tersebut bisa bikin mereka nggak sadar dan bisa saja mengundang lelaki yang juga teler untuk menggagahinya.
Jadi, apakah anak-anak harus dikurung? Yang nggak juga sih. Bisa juga ‘dikurung’ dengan arti kasih nasihat yang baik. Tanamkan pendidikan agama, dengan cara memberikan contoh. Ya, kalau cuma nyuruh doang, nggak ada artinya, Pak! Jadi disuruh ngaji malah indehoy di kamar hotel? (massoes)