Dulu Cuma Rekan Dagang Kini Jadi Rekan di Ranjang

Sabtu 27 Jun 2020, 07:28 WIB

MIN Samsimin, 50, memang radikal dalam urusan ranjang. Pedagang sayur mayur di Banyuwangi ini sudah punya bini, tapi belakangan ngincer Watinah, 45,  penjual pecel langganannya. Karena ceweknya mau, akhirnya bini Sakir, 48, ini berulang kali dibawa ke ranjang hotel. Tetapi akhirnya…….

                Menurut legenda, adipati Blambangan –kini Banyuwangi– Minakjinggo itu termasuk radikal dalam urusan ranjang. Bagaimana tidak, punya dua istri cantik Waita dan Puyengan, masih mengincar Ratu Kencanawungu raja Majapahit. Tapi sayang, cintanya yang menderu-deru itu tak bersambut, justru stok dua istri itu akhirnya diambil alih Damarwulan, sementara Minakjinggo kehilangan kepalanya. Coba, kalau mau raup (cuci muka) apa nggak repot?

                Min Samsimin warga Glenmore Kabupaten Banyuwangi, rupanya juga termasuk radikal dalam urusan peranjangan. Di rumah sudah punya istri dan anak, tapi melihat penampilan pelanggannya, Ny. Watinah, jantungnya langsung sedut-senut, sementara otaknya lalu berpikir ke urusan ranjang. “Watinah memang enak digoyang dan perlu,” kata batinnya.

                Min Samsimin memang pedagang sayur-mayur keliling pakai motor. Dia ekpsansi pasar sampai wilayah Genteng tempat tinggal Watinah. Soalnya perempuan ini punya usaha warung pecel, sehingga dia setiap hari butuh pasokan dedaunan untuk ramuan pecelnya. Ada bayam, thokolan yang seperti huruf Aram mim itu. Atau juga suring (kenikir) dan kecipir. Nah semua itu yang memasok Min Samsimin.

                Ternyata Min Samsimin ke Genteng tak sekedar misi dagang, tapi juga mengemban misi asmara. Soalnya dia diam-diam naksir Watinah yang masih STNK tersebut. Asal melihat bini Sakir, otaknya langsung ngeres. 

Persis Minakjinggo raja Blambangan ketika jatuh cinta pada Ratu Kencanawungu. “Amung ingsun pantes dadya jodonira (hanya saya yang layak jadi suaminya),” sebagaimana diceritakan dalam buku “Serat Langendriyan”.

                Dan Min Samsimin lebih radikal dari Minakjinggo. Jika raja Blambangan itu hanya kirim surat lewat ajudan Dayun, Min Samsimin berani geratakan pegang tangan Watinah saat menyerahkan ikatan sayur mayur itu. Ternyata bini Sakir tak mengibaskan tangan si pedagang sayur mayur itu, hanya didiamkan saja. Bagi Min Samsimin, itu pertanda bahwa lampu hijau telah menyala. “New normal” gayabaru, setidaknya menurut Min Samsimin.

                Lain hari semakin berani, bahkan ketika hotel-hotel boleh beroperasi, Watinah diajak cek in ke sebuah hotel di kota paling timur di Pulau Jawa tersebut. Ee, ternyata mau, ini bener-bener rejeki nomplok bagi Min Samsimin. Bayangkan, awalnya hanya rekanan dagang, kini bisa ditingkatkan menjadi rekanan ranjang. Andaikan Minakjinggo, pastilah  dia akan bilang “Mangsa nora kalakona mondong radja-poetri adi (mana mungkin gagal mempersunting ratu nan indah).” sebagaimana tertulis dalam buku “Langendriyan”.

                Sejak itu Min Samsimin sering mengajak Watinah ke hotel, sampai beberapa hari lalu WA-nan ajakan kencan untuk istrinya itu terbaca oleh Sakir. Maka suami malang itupun membuntuti pakai motor. Begitu mereka mau masuk kamar hotel yang dipesan, langsung Min Samsimin ditonjok oleh Sakir. Para tamu hotel begitu dikasih tahu Min Samsimin adalah pebinor, langsung berpartisipasi ikut menghajar Min Samsimin sampai wajahnya simpang siur.

                Skandal asmara tukang sayur mayur dan pedagang pecel itu diselesaikan di Polsek Glenmor secara damai. Min Samsimin meneken perjanjian bermeterai Rp 6.000,- untuk tidak lagi mengulangi perbuatannya, tentu saja ada kompensasinya.

                Untung damai, kalau Minakjinggo sudah  tinigas murdantoji (dipotong kepalanya) tuh. (BJ/Gunarso TS)

News Update