ADVERTISEMENT

DPR Sayangkan Masih Ada 12.548 Desa yang Belum Bisa Akses Internet

Jumat, 26 Juni 2020 12:45 WIB

Share
DPR Sayangkan Masih Ada 12.548 Desa yang Belum Bisa Akses Internet

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta menyayangkan masih ada 12.548 desa yang belum bisa mengakses internet dengan baik.

Data Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menyebutkan penggunaan internet pada masa pandemi Covid-19 ini meningkat hingga 443%.

"Anggaran rumah tangga untuk internet sekarang bisa jadi sudah melebihi anggaran untuk makan dan transportasi. Para pekerja pun sebagian masih melakukan working from home (WFH) meski juga sudah mulai bertahap untuk working from office (WFO). Anak-anak sekolah juga masih belum boleh masuk sekolah secara fisik, sehingga harus belajar via online (SFH). Saya mendorong kepada pemerintah agar internet terjangkau dari segi harga dan cakupan wilayahnya," kata Sukamta, Jumat (26/6/2020).

Wakil Ketua Fraksi PKS ini menjelaskan, terjangkau dari segi harga maksudnya ada keberpihakan negara khususnya bagi masyarakat kecil, pengemudi ojek online, UMKM. 

Negara sebisa mungkin menggratiskan internet. Atau jika tidak bisa, setidaknya mengurangi biaya internet. Berilah subsidi internet utamanya kepada anak-anak sekolah, UMKM dan pengemudi ojek online. Negara perlu berpihak khususnya mereka agar meringankan pengeluaran internet ketika pendapatan sedang turun dan negara tidak bisa memberikan BLT kepada mereka

Sukamta juga meminta pemerintah menjamin internet terjangkau dari segi cakupan wilayah sinyalnya semua agar daerah bisa akses internet. Sampai saat ini banyak daerah yang belum terjangkau internet. Ada siswa SMP yang harus jalan kaki 2,5 km supaya bisa dapat sinyal internet. Juga tidak boleh dilupakan internet untuk pesantren daerah terpencil. Semoga program seperti Palapa Ring bisa menjadi jawaban atas masalah ini.

“Saat ini saya kira internet provider sudah lebih dari BEP (break even point) sehingga seharusnya kita bisa sharing beban. Mereka mengurangi keuntungannya dan pemerintah memberikan subsidi untuk internet ini," katanya.

Pada sisi yang lain, perlu perhatian pemerintah, pulsa internet yang dirasakan masih mahal ini, berapa kuota yang habis untuk tayangan iklan. Begitu pula berapa banyak dana iklan yang disedot facebook dan platform lainnya dari Indonesia sementara mereka tidak membayar pajak. 

"Ada dua tipe iklan di facebook, kelas tertinggi ada 70 ribu pengiklan dari seluruh dunia yang membayar 5000 US dollar per hari, itu sama dengan Rp. 5250 T. Belum lagi iklan di bawahnya dari seluruh dunia. Kalau pengguna yang dari Indonesia saja misalkan ada 5%-nya, maka itu senilai Rp. 215 T. Sayangnya dengan simulasi penghasilan sebesar itu mereka tidak membayar pajak, sehingga secara nasional sebetulnya bangsa kita dirugikan, dan ini sangat kita rasakan ketika bangsa ini sedang butuh anggaran seperti dalam masa pandemi ini,” ujar wakil rakyat dari Daerah Istimewa Yogyakarta ini. (rizal/tri)

ADVERTISEMENT

Reporter: Tri Haryanti
Editor: Tri Haryanti
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT