Suami Capek Nyicil Kreditan, Istri Asyik Dicocol Tetangga

Sabtu 20 Jun 2020, 07:30 WIB

ISTRI cantik memang banyak ongkosnya, dan Badrun (32), dari Semarang merasakan betul. Takut  ditinggal, dia kredit ini itu untuk memenuhi tuntutan istri. Tapi celakanya, Mas Lingga (40), tetangga memanfaatkannya, dan Mulatsih (30), pun dicocolnya ketika Badrun capek mencicil kreditan barang untuk istri.

Setiap orang mendambakan istri cantik, padahal istri cantik sering menimbulkan masalah juga. Kecuali ancaman direbut orang, suami yang takut kehilangan jadi selalu memanjakan istri meski di luar kemampuannya. Ini kan jadi dobel masalah. Satu, istri selalu merongrong suami, dan kedua suami tak bisa memenuhi gara-gara masalah keuangan.

Badrun yang tinggal di daerah Ungaran, Semarang, adalah lelaki yang cukup beruntung pada awalnya. Meski wajah pas-pasan dan sangat standar, bisa menikahi Mulatsih yang cantik dan seksi menggiurkan. Jika dipoles barang sedikit, di Jakarta perempuan model Mulatsih ini bisa jadi bintang sinetron seribu episode dan banjir iklan.

Tapi setelah enam bulan jadi suami istri, Badrun malah jadi menyesal. Soalnya, penyakit konsumerisme Mulatsih sudah masuk stadium IV. Hobinya doyan shoping. Rumah masih ngontrak, memaksakan diri punya kulkas dua pintu, TV-nya juga menuntut yang model LCD. Padahal sebagai pegawai kecil, kantong Badrun LCD juga dalam arti: Lumayan Cekak Duitnya.

Walhasil, untuk memenuhi semua selera istri Badrun terpaksa ambil barang kreditan. Tiap bulan uang gajinya nyaris ludes untuk bayar cicilan kulkas, TV dan sepeda motor bingung, maksudnya, motor bebek bukan tapi vespa juga bukan. Tapi anak muda sekarang termasuk Badrun sendiri, sangat menyukai sepeda motor scopy ini.

Karena gaji tidak mencukupi untuk mengkover kebutuhan rumah tangga, Badrun sering mengingatkan, agar bisa menghemat uang, jangan boros. Tapi kalau dimarahi Mulatsih malah ngambek, lalu kabur ke rumah orang tuanya yang memang masih satu kota. Kan sama saja Badrun kena embargo, karena selama beberapa hari harus kedinginan tanpa istri.

Paling celaka, ketika gaji tidak cukup, Mulatsih berani pinjam sama tetangga, Mas Lingga namanya. Dia masih bujangan walau sudah bukan lagi muda, ekonominya relatif mapan, karena sudah punya mobil dan rumah sendiri. Lagi-lagi orang cantik memang banyak kemudahan. Jika pinjam ke bank pakai agunan, pinjam Lingga sama sekali tak pakai jaminan apa-apa. Bahkan ketika mau dikembalikan, Mas Lingga malah bilang, “Alah, kaya karo sapa wae ta Mbak, wis kono diagem wae (kok seperti sama siapa saja, udah pakai saja).”

Jika Mulatsih berbudaya dan beretika, dengan ditolaknya bayaran utang itu mestinya dia jadi kapok pinjam. Tapi malah jadi semakin sering memijam alias meminta. Akhirnya jadi banyak berutang budi. Karena niat Lingga memang tak lebih ada udang di balik batu, ketika semakin akrab dia mulai berani colak-colek. Dan karena sudah terlalu banyak dibantu, akhirnya Mulatsih pun gentian membantu kebutuhan biologis Mas Lingga.

Sejak itu Mulatsih seperti punya dua suami, kadang melayani Badrun, kadang melayani Mas Lingga. Bahkan sering terjadi, sama suami saja belum sempat keramas, eh Mas Lingga sudah minta jatah mingguan. Bener-bener Mulatsih dalam posisi kodok kalung kupat, awak boyok sing gak kuwat.

Namanya barang haram, lama-lama bakal ketahuan juga. Sekali waktu Badrun benar-benar menyaksikan betapa istrinya dipotha-potha (digumuli) bujangan tua tetangganya itu. Sebetulnya dia mau melapor ke polisi, tapi malu bila aib ini jadi konsumsi pers dan publik. Akhirnya ya sudah, memilih pindah kontrakan rumah, agar terbebas dari “corona” species lain.

Tapi karena sudah kadung keasyikan, Mas Lingga – Mulatsih terus berhubungan. Akhirnya Badrun pun berpikir, capek kalau begini. Di sini tiap bulan kerepotan bayar cicilan barang kredit, istri di rumah malah “dicocol” orang, akhirnya Mulatsih pun diceraikan. Dan pada akhirnya janda muda itu diambil alih oleh Mas Lingga, dinikahi sebagai istri sah.

News Update