Dalam situasi saat ini, di mana komunikasi semakin canggih, dunia seolah dalam genggaman tangan, dituntut pengendalian diri dalam bersosial media.
Lebih santun dalam bertutur kata, memberikan kritik kepada teman, orang lain, lingkungan masyarakat, hingga kepada pejabat.
Memang di era digital seperti sekarang orang lebih mudah mengunggah informasi apa saja, di mana saja dan kapan saja. Bisa berisi sanjungan hingga kecaman.
Orang bebas berkomentar, tetapi tidak berarti tanpa batas.
Begitu pun dalam bersikap, dan berbuat. Ada etika dan norma yang mestinya dipatuhi.
Maknanya menjadi lebih baik, jika lebih beretika dan kian menaati norma, baik norma sosial maupun norma hukum yang ditetapkan negara.
Ini sesuai dengan kepribadian bangsa kita sebagaimana tercermin dalam nilai - nilai luhur adat budaya, etika dan norma. Nilai- nilai yang tak hanya diakui keberadaannya, tetapi patut dipatuhi.
Ingat! Setiap orang, di mana pun berada terikat dengan etika dan norma. Setiap warga negara dijamin haknya namun dituntut kewajibannya oleh negara. Menaati etika dan norma menjadi bagian dari kewajiban yang melekat pada setiap orang.
Menjadi baik dan tidak baik, memang butuh proses. Akan langgeng dan konstan, jika terbentuk atas kesadaran diri, bukan paksaan atau tekanan, meski pemerintah memiliki kewenangan untuk melakukan pemaksaan demi kepentingan yang lebih luas lagi.
Mari kita berubah menjadi lebih baik lagi secara lisan, tingkah laku maupun perbuatan.
Kita mulai hari ini. Tak perlu nunggu hari esok, tak perlu pula menunggu orang lain lebih dulu menjadi baik. Tak harus menunggu dipaksa oleh orang lain menjadi baik.
Bukankah berubah menjadi lebih baik atas kehendak diri sendiri. Karena akan terasa nyaman, ketimbang dipaksa orang lain.