ADVERTISEMENT

Tak Mudik Hindari Covid-19, Istri Kena Virus Pak Kades

Senin, 15 Juni 2020 07:30 WIB

Share
Tak Mudik Hindari Covid-19, Istri Kena Virus Pak Kades

SEBAGAI warga negara yang baik, Marsaid (35), Lebaran 1441 H kemarin tetap di Jakarta tidak mudik ke Wonogiri (Jateng). Ternyata di kampung, istrinya malah dimakan “virus” Pak Kades. Saat digerebek, Kades Jumiran (50) sempat dipermak penduduk. Tak terima dihakimi warga sendiri Pak Kades lapor polisi.

Ketika wabah virus menyebar ke mana-mana, Pak Kades di kampung-kampung harus berada di garda depan untuk memberi penyuluhan pada rakyatnya. Jaga jarak, dan jangan ke mana-mana, begitu kata Pak Kades pada warganya. “Selama musim Covid-19, sebaiknya di rumah saja, ketimbang gambarmu nanti masuk buku Yasin.” Kata para Kades menakut-nakuti warga.

Kades Jumiran di daerah Karangtengah Wonogiri (Jateng), juga menyampaikan seruan semacam itu. Dia senang ketika warga patuh pada seruannya. Bahkan warga desanya yang merantau ke Jakarta dan Surabaya, juga tak mudik pada Lebaran kemarin, karena taat pada imbauan Pemda. Karenanya banyak istri yang kesepian gara-gara suami tak mudik menghindari Covid-19.

Ternyata kondisi ini oleh Kades Jumiran malah dimanfaatkan, cari kesempatan untuk urusan yang sempit-sempit. Hampir setiap malam dia mengunjungi rumah Ny. Purwanti (28), salah seorang warganya. Marsaid suami Purwanti memang tidak pulang saat Lebaran tempo hari. Dengan demikian situasinya memang sangat  aman, mantap terkendali.

Jadi ironis, kan? Sebagai Kades dia menganjurkan warganya di rumah saja. Tapi diam-diam dia malah kelayapan ke kamar Ny. Purwanti. Walhasil, penduduk pada menghindari virus Covid-19, Pak Kades sendiri malah yang jadi “virus”-nya. Jika virus Covid-19 banyak sungutnya di mana-mana, sungut virus Pak Kades hanya di tempat tertentu saja.

Dan karena kesepian, Ny. Purwanti mau saja “disungut” Pak Kades hampir setiap malam. Maklum, sungut Pak Kades beda dengan sungut wayang Ontoseno dalam kisah pakeliran. Jika sungut Ontosena bisa bikin kulit mblonyoh, “sungut” Kades Jumiran justru bikin Purwanti merem melek takon tunggale (baca: ketagihan).

 Demikianlah Pak Kades dan Purwanti terus berasyik masyuk dengan asumsi, Marsaid tenang di Jakarta tak berani mudik. Padahal ketika mulai ada “new normal” pedagang bakso itu bisa pulang kampung secara diam-diam tanpa mengabari istri lebih dulu.

Tiba di Wonogiri langsung ke rumah orangtua, ketemu anaknya yang ikut kakek. Baru setelah itu dia menemui istrinya. Tapi alangkah kagetnya, malam itu di rumah ada sepeda motor lelaki dan sandal di teras. Marsaid lalu tanya tetangga, punya siapa sepeda motor AD XXXX XX itu? Begitu warga melihat, oo….itu punya Kades Jumiran. Tapi ngapain pukul 22.00 di rumah warga?

Langsung saja rumah yang ditinggali Purwanti itu digerebek. Kades Jumiran berhasil loncat indah non PON dari jendela. Tapi nggak tahunya di luar masa sudah mengepung. Langsung saja dia digebuki warganya sendiri. Dalam kondisi wajah simpang siur dia diserahkan ke Polsek Karangtengah.

Bagaimana penyelesaian Purwanti-Marsaid, tidak jelas. Yang jelas sekali justru sikap Pak Kades. Karena seperti merasa tak bersalah, dia malah melaporkan warga ke polisi juga. Dia tak terima dijadikan pengewan-ewan (dipermalukan) di depan publik dan dianiaya pula. Kata pengacaranya, meski Kades salah tapi warga tidak boleh main hakim sendiri.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT