Nasib Istri Terdampak Covid-19 Hanya Diberi Nafkah Batin Saja

Jumat 12 Jun 2020, 06:30 WIB

SEJAK wabah Covid-19 merebak, gelombang PHK  terjadi di mana-mana, sehingga banyak suami hanya mampu memberi nafkah batin doang buat istrinya. Di Mojokerto (Jatim) misalnya, terdapat 566 janda baru. Belum lagi daerah-daerah lain.

Cewek matre punya motto, ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang! Maklumlah, orang tak bisa hidup hanya dengan cinta belaka. Sebab untuk bercinta itu perlu energi, sedangkan energi harus dibeli dengan uang. Tanpa energi jadilah lelaki bagaikan kayu dimakan bubuk.

Tapi uang sebagai pengaman cinta juga tak selalu benar. Sebab banyak juga pasangan yang ekonomi keluarga terjamin, bisa juga bercerai. Sebaliknya meski hidup miskin nan pas-pasan, rumahtangganya rukun-rukun selalu.

Kuncinya tentu saja, istri bisa memaklumi akan kondisi suami. Jika rejeki suami memang hanya segitu, haruslah nrima ing pandum (menerima apa adanya).

Rupanya di musim Covid-19 ini, banyak istri yang tak bisa memahami kesulitan suami. Ketika terjadi gelombang PHK di mana-mana, bahkan kata Kadin (Kamar Dagang Indonesia) sampai 10 juta lebih, ibunya anak-anak ini tak mau tahu. Harus cari gebrakan lain kek, jangan biarkan istri gebrak-gebrak meja karena tak dikasih uang  belanja.

Ketika pekerjaan sudah tiada, dan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) minta selalu di rumah saja, banyak istri yang menjadi jengah. Soalnya kini para suami makin rajin memberikan nafkah batin, sementara nafkah lahir jadi minim bahkan nol. Istri cap apa yang kuat, jika sehar-hari hanya diberi bonggol tanpa benggol (uang)?

Banyak istri yang tahan banting, tapi banyak pula yang putus asa dan kemudian gugat cerai ke Pengadilan Agama. Maka dari Pengadilan Agama Kabupaten Mojokerto dilaporkan, selama wabah Covid-19 ini tercatat janda baru sampai 566.  Para duda bisa kurang dari itu, karena suami praktisi poligami dan seluruh istrinya mintai pecah kongsi.

Ternyata  Mojokerto tidak sendiri, banyak daerah lain yang mengalami kejadian serupa. Lihat saja di Makasar, janda baru tercatat 1.010, Probolinggo (Jatim) 110, Batam (Riau) 490, sementara di Semarang 750 pasangan masih menunggu proses persidangan.

Begitulah manusia-manusia tak tahan banting, terdampak Corona pilih jadi janda merana. – gunarso ts

News Update