DI ERA milenial ini, manusia baperan bersumbu pendek makin banyak. Masak Kadesnya sendiri, gara-gara status janda, terima tamu lelaki jam 21.00 dianggap sudah selingkuh. Maka Kades Nurendah, 40, menolak ketika dipaksa mundur. Jangan-jangan aktor intelektualnya seseorang yang cintanya ditolak Bu Kades.
Janda itu status yang tak diharapkan oleh setiap wanita, meski suatu saat bakal mengalami. Celakanya, jika status itu disandang ketika masih muda, gosipnya jadi bahan gorengan orang-orang baperan yang sok suci. Padahal, sesuatu yang tidak benar, karena diulang-ulang akan menjelma sebuah kebenaran, meski itu hanya semu.
Ny. Nurendah yang menjadi Kades di Kecamatan Air Manjunto Kabupaten Muko-muko Bengkulu, termasuk wanita yang tidak mujur. Dalam usia belum kepala empat, suami telah pergi mendahului. Bukan diajak Covid-19, tapi wafat –begitu istilah kebanyakan media online– karena sakit biasa. Masalahnya, jika orang biasa sudah disebut wafat, raja atau presiden ketika meninggal mau diistilahkan apa?
Kemungkinan wartawan muda sekarang menjadi latah, karena dulu waktu sekolah di SD, SMP, SMA tak diajar Bahasa Indonesia. Ataupun diajari, ketika Pak Guru membahas bedanya wafat dan meninggal, murid yang calon wartawan media online itu tidak masuk. Maka jadinya beginilah, anak meninggal karena kegemukan disebut wafat, kerbau mati disambar petir dimakamkan.
Nah, Bu Kades tak mau peduli saat suaminya tutup usia dulu disebtut meninggal atau wafat, toh buka tokok penting ini. Yang jelas, sejak dirinya menyandang status janda sering jadi korban gossip. Soalnya Bu Kades ini termasuk cantik di kelasnya.
Maka banyak ibu-ibu yang curiga dan khawatir, suatu saat suaminya gandrung pada Bu Kades. “Oo, suamiku berani main mata sama Bu Kades, tak doain terpapar Corona,” begitu kutuk para kaum ibu.
Sejak Bu Kades jadi janda, dia memang jadi sumber perhatian warga, khususnya kaum lelaki. Ada tamu lelaki, siapa saja orangnya, langsung jadi trending topik dijadikan pembahasan di warung kopi.
Para pengamat janda itu kemudian lagaknya sudah seperti Yunarto Wijaya atau Burhanudin Muhtadi, memprediksi peluang-peluang yang bisa diambil Bu Kades. “Saya kira tak semudah itu Bu Kades menjatuhkan pilihan, sebab ada parameter dan paradigma yang harus dipertimbangkan,” begitu kata pengamat janda di lingkungan Bu Kades.
Belakangan, Bu Kades sering menerima tamu lelaki, namanya Handoko, 45. Lagi-lagi tamu ini jadi bahan pembahasan para pengamat janda. Karena kedatangan lelaki itu sangat intens dan waktunya selalu malam hari, warga langsung saja ada yang memastikan, pastilah mereka selingkuh.
Logika sang pengamat, menjadi janda terlalu lama kan jadi gatelan, padahal gatelnya yang satu ini takkan tersembuhkan oleh Salep 88 dan Kalpanax.
Jahatnya para anak muda, tanpa cek dulu apa sejatinya yang terjadi di lapangan, sudah menganggap Bu Kades sah berbuat mesum dengan tamunya, Handoko. Maka seperti yang terjadi bebeapa hari lalu, saat Bu Kades terima tamu hingga pukul 21.00 langsung saja digerebek.
Padahal tamunya hanya duduk-duduk di ruang tamu, bukannya di kamar bersama Bu Kades dengan kondisi tanpa sehelai benangpun.
Para orangtua sudah mengingatkan, jangan gegabah atau beberas menuduh orang. Tapi para kawula mude milenial itu tak peduli, bahkan mereka mengadu pada Camat Air Manjunto agar Bu Kades dicopot atau mundur.
Tentu saja Pak Camat tak melayani tuntutan warga, sebab anak-anak muda baperan itu terlalu mengada-ada. “Jika minta Bu Kades mundur atau dicopot, langsung saja kalian pada Bupati, karena hanya Bupati yang bisa memberhentikan.” Kata Pak Camat.
Bu Kades Nurendah memang menolak untuk mundur. Sebab tamunya meski lelaki datang masih di jam-jam wajar, dan dia menerima di ruang tamu. Tak ada tindakan asusila yang dilakukan. Tapi warga sudah memvonis selingkuh, gara-gara Handoko sudah punya istri dan Bu Kades seorang janda.
Jangan-jangan yang menggerebek naksir Bu Kades tuh. (BT/Gunarso TS)