DUH. Keluhan ini menggambarkan kegundahan publik terhadap perkembangan kasus virus corona (Covid-19) di Jakarta. Kamis, 4 Juni 2020, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi diberlakukan. Tak lama berselang, kini warga yang terpapar virus maut itu meroket.
Berdasarkan data yang dipaparkan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto (Yuri), tambahan kasus baru virus corona per 6 Juni 2020 mencapai angka tertinggi yakni 993, dan 104 kasus di antaranya terjadi di Provinsi Jakarta.
Gubernur Anies Baswedan memang belum sepenuhnya mencabut PSBB. Orang nomor satu di lingkungan Pemprov DKI Jakarta ini baru menerapkan PSBB transisi. Kebijakan ini untuk menuju kenormalan baru atau new normal.
PSBB transisi ditandai dengan pelonggaran bagi kegiatan sosial dan ekonomi. Fase pertama dalam PSBB transisi ini membolehkan masjid dan perkantoran buka lagi. Syaratnya, semua harus mengadaptasi protokol kesehatan yang ketat.
Pelonggaran kebijakan didasarkan atas tiga indikator penilaian, yakni epidemiologi, kesehatan publik, dan fasilitas kesehatan. Dari tiga indikator itu, Jakarta memperoleh nilai rata-rata 76.
Indikator penilaian itu disusun tim Universitas Indonesia. Tim memberikan nilai 75 untuk kriteria epidemiologi, kesehatan publik sebesar 70 dan fasilitas kesehatan memperoleh skor 100. Berdasarkan nilai-nilai itu, Jakarta sudah memasuki zona hijau.
Hanya saja merujuk masih tingginya warga yang terpapar Covid-19, tidak ada salahnya Pemprov DKI Jakarta segera mengevaluasi yang terjadi di lapangan. Catat titiik-titik mana penyebab masih meluasnya wabah virus mematikan itu. Misalnya, apakah masyarakat sudah menjalankan protokol kesehatan dengan benar, atau malah sebaliknya.
Bila hasil evaluasi ternyata ada yang dilanggar, Pemprov DKI Jakarta jangan segan memberikan sanksi tegas. Sosialisasikan dengan gencar bahwa saat ini memang PSBB transisi, tetapi tatananan kehidupan tetap mengacu pada aturan yang berlaku.
Warga sudah seharusnya mematuhi protokol kesehatan. Pakailah masker bila keluar rumah, sering mencuci tangan, menjaga jarak baik itu physical distancing maupun social distancing, dan lainnya.
Pelonggaran PSBB, bukan berarti semua pihak merasa aman. Justru sebaliknya kewaspadaan seharusnya ditingkatkan. Bila tidak maka Covid-19 sampai kapan pun tidak akan berakhir. Ingat, berakhir atau tidaknya pandemi virus corona sangat tergantung kepada kedisipilnan warga menjalankan aturan PSBB dan konsistensi warga menjaga pola hidup sehat. Kenapa? Karena warga dan masyarakat adalah aktor utama berhasil atau tidaknya mengusir Covid-19.**