SABTU lalu pasien baru Corona tercatat hampir seribu, sementara hari kemarin jumlah pasien yang sembuh tembus 10 ribu. Pemerintah belum umumkan tanggal pasti berlakunya New Normal, tapi kelonggaran sudah terasa di sana-sini. Wabah Covid-19 gelombang kedua pun mengancam.
Sudah seminggu lebih Presiden Jokowi mewacanakan perlunya New Normal, bahkan sudah meninjau berbagai lokasi untuk persiapan kebijakan tersebut. Tapi kapan hari H-nya, belum juga disebutkan. Kata Menko Maritim & Investasi Luhut Panjaitan, masih menunggu sampai di mana perkembangan Covid-19, menurun atau naik.
Rupanya tenggang waktu seminggu lebih ini sekadar untuk mengetes kedisiplinan masyarakat, patuh atau tak peduli akan protokol kesehatan. Naga-naganya, antara yang disiplin dan tak menggubris bak-buk alias sama banyaknya. Lihat saja, sekarang jalan raya DKI Jakarta sudah kembali ramai dan kemacetan terjadi di sana-sini.
Jubir Corona dr Achmad Yurianto Sabtu lalu melaporkan, pasien baru Covid-19 hampir 1.000, sementara yang sembuh juga tembus angka 10.000. Itu artinya kekhawatiran dan harapan berjalan seiring. Khawatir jika korban Covid-19 terus bertambah, tapi juga optimis pasien tewas karena Corona akan semakin mengecil dan siapa tahu jadi nol.
Untuk memberlakukan New Normal memang harus berkaca dengan negara lain. Misalnya Wuhan yang menjadi biang keroknya Covid-19, begitu dilonggarkan, penderita Corona naik kembali. Begitu pula yang terjadi di Arab Saudi, begitu dilonggarkan langsung ditutup lagi karena angka pasien jadi naik.
Semoga saja pemerintah bisa mengikuti saran-saran para ahli, tidak tergesa-gesa memberlakukan New Normal. Sebab melihat perilaku masyarakat, cenderung abai terhadap protokol kesehatan. Jumatan beberapa hari lalu misalnya, meski diminta untuk jaga jarak dan bermasker, yang di dalam mesjid lumayan tertib. Tapi yang di emperan
dan halaman, jaraknya sudah seperti hari-hari biasa. (gunarso ts)